"Teknologi nanobubble untuk perikanan bisa mempercepat pertumbuhan ikan sampai 40 persen. Misalnya, kita aplikasikan ke ikan sidat, kalau pakai air biasa, pertumbuhan ikan 3 bulan hanya mencapai satu kilogram, kalau dengan bubble bisa mencapai 3-4 kilogram," kata Peneliti Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI Hilman Syaiful kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Hilman mengatakan teknologi nanobubble dapat diaplikasikan di berbagai sektor, seperti tanaman, perikanan dan peternakan.
Prinsip kerja teknologi ini adalah menginjeksi atau memasukkan gas, baik nitrogen, oksigen atau ozon ke dalam cairan yang kemudian akan menghasilkan gelembung sangat kecil hingga dapat larut ke air.
LIPI tahun ini mengembangkan nanobubble untuk ikan sidat yang memiliki potensi perekonomian sangat besar, dengan harga jualnya mencapai Rp1,5-2 juta per kilogram jika diekspor ke Jepang.
Menurut Hilman, air yang kaya dengan oksigen membuat ikan tidak mudah sakit dan mencegah bakteri-bakteri yang merugikan sehingga pertumbuhan ikan meningkat secara signifikan.
"Biasanya kalau pakai aerator biasa, gelembungnya besar-besar akibatnya akan pecah di atas dan oksigen yang terlarut sangat sedikit. Jika dikuantifikasikan paling besar hanya 4 ppm (part per million), sedangkan nanobubbling bisa 9-11 ppm," ujar Hilman.
Untuk pemasangan, Hilman menjelaskan alat tersebut terbilang murah karena bentuknya yang seperti pompa air biasa dan kebutuhan daya listrik yang sama dengan pompa.
Biaya pemasangan untuk kapasitas 5m3 per jam hanya berkisar Rp3-5 juta, namun saat ini masih dikembangkan secara prototipe atau hanya dibuat beberapa model untuk dimanufaktur.
Selain untuk budi daya, teknologi nanobubble dengan injeksi gas nitrogen juga mampu untuk mengawetkan ikan sehingga dapat memperlambat pembusukan.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016