"Apalagi Indonesia di mata dunia dikenal sebagai negara yang kaya keanekaragaman hayati, kita dipandang sebagai negara mega-biodiversity," kata Presiden saat memberikan arahan dalam acara pencanangan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar di Pulau Karya, Kepulauan Seribu pada Kamis.
Menurut Jokowi, dengan kekayaan hutan yang dimiliki Indonesia maka masyarakat internasional mengharapkan Indonesia sebagai penghasil udara bersih di dunia yang patut dijaga kelestariannya.
Untuk melakukan hal itu, pemerintah bersama seluruh masyarakat Indonesia perlu memerhatikan seluruh ekosistem baik spesies tumbuhan maupun satwa liar.
"Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia kepada kita untuk menjadi paru-paru dunia," tutur Presiden.
Dalam acara tersebut, Presiden melepas empat elang bondol serta ratusan tukik penyu sisik ke pantai di Pulau Karya.
Selain itu, Presiden didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya secara simbolis menanam tumbuhan mangrove atau bakau dan menyemai terumbu karang.
Kegiatan itu merupakan bentuk dukungan Indonesia dalam memperingati Hari Hutan Internasional yang jatuh pada 21 Maret 2016.
Jokowi meminta seluruh gerakan nasional termasuk penyelamatan tumbuhan dan satwa liar dapat berlangsung secara berkelanjutan.
"Percuma kita canangkan, kita luncurkan, tapi seperti kembang api, meriah sebentar lalu langsung hilang dan padam," tegas Presiden.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016