Ketua tim ekskavasi Situs Liyangan, Sugeng Riyanto, di Temanggung, Minggu, mengatakan, lokasi penemuan tulang tersebut berada di atas jalan batu yang di dalamnya terdapat susunan tanah berteras kuno.
"Di lokasi tersebut memang terdapat konsentrasi tulang belulang. Hingga saat ini kami belum mengidentifikasi lebih dalam, tulang hewan yang ditemukan tersebut," katanya.
Ia menuturkan dalam ekskavasi sebelumnya, pihaknya juga pernah menemukan tulang sejenis. Setelah diteliti, ternyata tulang dari kerbau yang terpendam material vulkanik akibat letusan Gunung Sindoro sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam.
Ia menyebutkan sebelum diketemukan tulang hewan di Situs Liyangan, tim peneliti juga pernah menemukan tulang fragmen manusia.
"Kami menduga tulang tersebut berasal dari lapisan tanah organik bekas kuburan sekunder di masa lampau, bukan terkubur material vulkanis akibat letusan gunung," katanya.
Ia mengatakan ekskavasi lanjutan di Situs Liyangan kali ini mulai pada 10 April 2016 dan berakhir pada 23 April 2016. Ekskavasi terbagi atas dua fase, penelitian dari Balar Yogyakarta dan Disbudparpora Kabupaten Temanggung.
Setelah ekskavasi kali ini berakhir, pihaknya belum dapat memastikan kapan Balai Yogyakarta kembali menggelar ekskavasi.
Ia berharap intensitas ekskavasi dapat ditambah agar misteri Situs Liyangan dapat segera terungkap, apalagi kedalaman situs berada di 7-12 meter di bawah permukaan tanah.
"Prediksi kami, situs Liyangan sudah ada sejak zaman Mataram Kuno, sekitar abad 6- 10 Masehi. Namun yang perlu diingat proses penggalian wajib dilakukan ekstra hati-hati mengingat banyak benda yang telah berusia ratusan hingga ribuan tahun sehingga kondisinya mulai rapuh," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016