Jakarta (ANTARA News) - Ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri menilai peluang perekonomian Indonesia terperangkap dalam pendapatan rendah "middle-income trap" sebesar 80 persen jika pertumbuhan tahunan PDB per kapita terus di bawah lima persen.Probabilitasnya kita keluar dari `middle-income trap` kecil sekali kalau 10 tahun ke depan; 20 tahun ke depan naik sedikit. Tahun 2036 probabilitasnya naik 30 persen jika melihat pola yang terjadi sejak 1870,"
"Probabilitasnya kita keluar dari middle-income trap kecil sekali kalau 10 tahun ke depan; 20 tahun ke depan naik sedikit. Tahun 2036 probabilitasnya naik 30 persen jika melihat pola yang terjadi sejak 1870," kata Faisal usia diskusi ekonomi di Jakarta, Senin.
Dalam analisisnya mengenai jebakan penghasilan menengah di Indonesia, Faisal mengatakan peluang Indonesia terperangkap pendapatan rendah sebesar 80 persen, sementara peluang menjadi pendapatan menengah hanya sebesar 16 persen, sedangkan peluang untuk masuk menjadi negara berpendapatan tinggi kecil sekali, yakni hanya 3 persen.
Perekonomian Indonesia baru akan masuk dalam perangkap pendapatan menengah 13 tahun lagi jika pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 4,5 persen secara konsisteb.
Menurutnya, kinerja ekonomi negara sangat rentan terhadap krisis yang bersifat eksternal dan memerlukan waktu lama untuk pulih.
Padahal, perekonomian Indonesia dibandingkan tahun 1960 relatif menjadi semakin tertutup jika diukur dari peran ekspor barang terhadap PDB secara Paritas Daya Beli.
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan, negara tidak boleh abai terhadap perkembangan stok modal (capital stock) dan produktivitas faktor total yang juga tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan ekonomi negara.
Agar terhindar dari perangkap pendapatan rendah dan menengah, solusinya hanya melalui industrialisasi yang didukung oleh penguatan sumber daya manusia dan harmonisasi sosial.
Dalam penguatan sumber daya manusia, Faisal pun memaparkan kesehatan dan pendidikan menjadi kunci keberhasilan guna meningkatkan produktivitas negara dan menyukseskan industrialisasi.
"Ada tiga komponen terpenting, yakni pendidikan dan kesehatan, teknologi dan harmoni. Harmoni diperoleh dengan tidak adanya lagi inequality (ketimpangan sosial)," ujar Faisal.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016