Merauke (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan pihaknya akan melibatkan sejumlah universitas yang ada di Papua dan Papua Barat dalam program Sarjana Mendidik di Daerah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (SM3T).Sebenarnya, paling enak itu keluarga yang mendidik anaknya sendiri bukan tetangga."
"Ada tiga universitas yang akan dilibatkan yakni Universitas Papua, Universitas Cenderawasih dan Universitas Musamus," ujarnya di Merauke, Rabu.
Pelibatan universitas tersebut terkait dengan protes dari sejumlah universitas tersebut terhadap program SM3T.
Menristekdikti mengatakan, guru-guru SM3T yang mengajar di Papua dan Papua Barat berasal dari sejumlah daerah di Tanah Air, tetapi universitas di daerah tujuan tidak diajak untuk ikut mendidik di Papua.
"Padahal, universitas-universitas di Papua dan Papua Barat juga mencetak para guru. Jadi, mereka juga ingin diajak dalam program tersebut," katanya.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu menerima masukan dari para pimpinan universitas di Papua dan Papua Barat, kemudian akan mengakomodirnya pada program selanjutnya.
Selama ini, menurut dia, para guru SM3T berasal dari perguruan tinggi keguruan atau LPTK, yang banyak tersebar di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Nasir berpendapat, jika program itu tidak melibatkan universitas di Papua dan Papua Barat, maka akan menimbulkan masalah baru.
"Lulusan dari Universitas Cenderawasih, Universitas Papua dan Universitas Musamus diberdayakan. Nanti, kami akan menggandeng ketiga universitas itu," ujarnya.
Berkaitan dengan Pendidikan Profesi Guru (PPG), Kemristekdikti akan meminta Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk memberikan pendampingan.
Rektor Universitas Musamus, Philipus Betaubun, mengatakan bahwa pihaknya juga memiliki jurusan kependidikan, tapi mengapa banyak guru justru didatangkan dari luar Papua.
"Sebenarnya, paling enak itu keluarga yang mendidik anaknya sendiri bukan tetangga," kata Betaubun mengibaratkan.
Betaubun menyebut banyak guru-guru SM3Tyang berasal dari Padang, Yogyakarta dan sebagainya.
Padahal, mendatangkan para guru tersebut membutuhkan biaya besar, sehingga Betaubun dan rektor lainnya meminta agar mereka dilibatkan dalam SM3T.
Pewarta: Indriani
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016