China pada 2003 menjadi negara ketiga di dunia yang mengirim manusia ke antariksa dengan roket mereka setelah bekas Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Negara itu telah menyebut-nyebut rencana eksplorasinya ke bulan dan pada akhir 2013 menyelesaikan "pendaratan terkendali" di bulan pertama sejak 1976 dengan pesawat Chang'e-3 dan penjelajah Jade Rabbit-nya.
Seperti dilansir kantor berita Reuters, negara tersebut juga berencana mendaratkan pesawatnya di sisi gelap bulan untuk pertama kalinya pada 2018.
China harus "meningkatkan kemampuan dan menggunakan 15 sampai 20 tahun untuk mewujudkan tujuan eksplorasi berawak ke bulan, dan mengambil langkah tegas bagi rakyat China dalam membuat terobosan dalam pemanfaatan antariksa", kata Letnan Jenderal Zhang Yulin, wakil komandan Program Antariksa Berawak China, dalam pernyataan yang diunggah ke situs program itu pada Kamis.
Surat kabar resmi China Daily mewartakan pengumuman itu menandai "penegasan pertama negara soal program eksplorasi berawak."
Koran itu mengutip para ahli bahwa China pertama butuh mengembangkan roket yang cukup tangguh untuk mengangkat muatan sedikitnya 100 metrik ton ke orbit rendah Bumi.
Negara itu juga perlu lebih memajukan teknologi, termasuk yang berkaitan dengan pakaian antariksa baru, untuk misi ke bulan.
Memajukan program antariksa China menjadi prioritas bagi Beijing, dengan Presiden Xi Jinping menyeru negara membangun kekuatan antariksanya.
Menurut media pemerintah, China menghabiskan sekitar dua miliar dolar AS per tahun untuk program antariksanya.
China bulan ini menyatakan akan meluncurkan "modul inti" untuk stasiun antariksa pertamanya sekitar tahun 2018 sebagai bagian dari rencana untuk memiliki stasiun antariksa permanen berawak sekitar tahun 2022.
Negara itu juga menyiapkan peluncuran pesawat antariksa ke Mars pada 2020 dan menargetkannya bisa mencapai planet itu pada 2021 menurut warta kantor berita Xinhua.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016