Menurut keterangan tertulis Kemenag, Rabu, penandatanganan kerjasama ini dilakukan di Kantor Kementerian Agama, Selasa (03/05) oleh Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dan Bupati Morotai Weni R. Paraisu.
“Hari ini (Selasa, 03/05) , kami melaksanakan penandatanganan MoU dengan Pemerintah Kabupaten Morotai, dan ini menambah jumlah dari tigabelas perjanjian kerjasama pengembangan Ponpes yang sudah ada,” kata Kamaruddin Amin.
Ikut hadir dalam penandatanganan ini, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Mohsen, Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Musafir, Wakil Rektor IV Universitas Cendrawasih Yulius Ary Mollet, Bupati Morotai Weni R. Paraisu, dan Kepala Pusat Informasi dan Humas Rudi Subiyantoro.
Sebelumnya, Kamaruddin menjelaskan bahwa pengembangan pesantren perbatasan menjadi salah satu fokus program Ditjen Pendis , khususnya sebagai kelanjutan dari program afirmasi yang berupa Program Beasiswa Santri Berprestasi. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2005, Kemenag telah menggulirkan PBSB hingga melahirkan para santri yang sarjana dan sarjana yang santri.
Tindak lanjut PBSB adalah pemberdayaan alumni dengan model pengabdian santri pascalulus. Salah satu program yang dilakukan adalah dengan mengirim alumni ke pondok pesantren di perbatasan negara atau di daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terlua, Terdepan).
“Saat ini Kementerian Agama telah bekerja sama dengan 13 daerah 3T mengembangkan pondok pesantren,” kata Kamarudin.
Dengan kerjasama ini, ke depan pondok pesantren di daerah perbatasan Kab. Morotai akan menjadi salah satu objek pengabdian para santri, khususnya mereka yang mengikuti PBSB.
Upaya perluasan akses pendidikan bagi para santri pondok pesantren terus dilakukan Ditjen Pendidikan Islam. Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) digulirkan sejak 2005 lalu untuk memberikan kemudahan bagi para santri belajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tidak hanya belajar agama di UIN dan IAIN, melalui PBSB, para santri kini bisa belajar kedokteran, ilmu komputer, akuntansi, farmasi, agribisnis, teknik industry, dan jurusan lainnya di perguruan tinggi semacam ITS dan Unair Surabaya, UGM Yogyakarta, ITB Bandung, dan IPB Bogor.
Tidak kurang dari 3000 santri mengikuti program ini dan diharapkan ke depan bisa menjadi santri professional dan professional santri yang bisa berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016