Mohammad Nuh yang kini menjadi Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS itu mengemukakan hal itu melalui surat elektronik yang diterima Antara di Surabaya, Rabu.
Didampingi isteri, Drg Ny Laily Rachmawati, Nuh menerima anugerah tersebut pada Selasa (10/5) siang waktu setempat, karena dianggap paling berjasa dalam upaya mengembalikan tulang tentara Jepang yang gugur pada Perang Dunia II di Papua.
"Bagi saya, soal tulang ini termasuk aneh, tapi saya memandang positif bahwa Pemerintah Jepang telah menunjukkan penghargaan yang sangat besar kepada nenek moyangnya, meski sudah menjadi tulang belulang," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Jepang merasa kesulitan untuk mengembalikan tulang belulang itu ke Jepang, karena itu dianggap sebagai benda cagar budaya, karena telah berusia di atas 50 tahun.
"Waktu saya Mendikbud, saya mencoba menggunakan pendekatan berbeda. Bagi Pemerintah Indonesia, tulang belulang itu tidaklah terlalu penting. Saya mencoba konsultasi ke Unesco dan mengatakan kalau tulang-tulang itu bukan bagian dari cagar budaya, melainkan urusan kemanusiaan dan hubungan baik antarnegara. Pihak Unesco menerima dengan usulan itu," katanya.
Jasa lain selama menjabat sebagai Mendikbud RI pada periode 2009-2014, Nuh juga dinilai telah berusaha merintis hubungan kerja sama antar - perguruan tinggi Indonesia dan Jepang.
"Salah satu bentuknya, saya membentuk Asosiasi Rektor Universitas Jepang-Indonesia dengan pertemuan pertama di Nagoya University pada tahun 2012 yang dihadiri para pejabat dan diplomat di Jepang dan mantan Presiden RI, B.J. Habibie sebagai pembicara utama," katanya.
Dalam periode yang sama antara tahun 2009-2014, minat siswa dan mahasiswa Indonesia untuk ikut kursus Bahasa Jepang juga meningkat pesat. "Mereka menilainya itu atas usaha dan jerih payah dari kebijakan yang saya siapkan," kata Nuh.
Setelah menerima penghargaan, Nuh dan isteri bersama dengan tujuh pasang penerima penghargaan serupa dari beberapa negara, bertemu dengan Kaisar Jepang.
Menurut Nuh, tahun 2016 ada 20 penerima penghargaan yang sama dari seluruh dunia, namun hanya delapan penerima yang diundang ke Jepang untuk menerima langsung dari Pemerintah Jepang.
Selain Nuh dari Indonesia, masing-masing dari India, Turki, Swedia, Thailand, dan Meksiko. "Alhamdulillah, saya termasuk salah satu dari penerima penghargaan yang diundang ke Jepang," katanya.
Untuk belasan penerima penghargaan lainnya akan menerimanya dari Kedutaan Jepang pada masing-masing negara.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016