Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, investor Rusia berminat mengembangkan sarana transportasi massal jenis kereta api di Pulau Kalimantan.Menteri BUMN Rini Soemarno masih terus di Rusia untuk mengecek bukan cuma mencoba keretanya yang katanya kecepatannya 250 km per jam, tapi juga lihat kompleks pabrik dan industrinya,"
"Menteri BUMN Rini Soemarno masih terus di Rusia untuk mengecek bukan cuma mencoba keretanya yang katanya kecepatannya 250 km per jam, tapi juga lihat kompleks pabrik dan industrinya," katanya dalam konferensi pers di ruang VVIP Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Sabtu.
Darmin menyebutkan dalam kunjungan ke Rusia, Presiden Jokowi dan rombongan melakukan pertemuan satu per satu dengan perusahaan besar Rusia.
"Ada sejumlah perusahaan besar yang bergerak di berbagai bidang misalnya Rusian Railways yang bergerak di perkeretaapian, mereka ada di Kalimantan," kata Darmin.
Menurut dia, terbuka sekali kesempatan untuk mengembangkan kerja sama BUMN kedua negara termasuk yang khusus bergerak di perkeretaapian.
Menurut Darmin, selain pembicaraan di KTT ASEAN-Rusia, Pemerintah Indonesia dan Rusia juga membahas tentang pekerja kawasan yang disebut Euro-ASEAN.
"Rusia menawarkan supaya Indonesia menjalin kerja sama juga dalam Euro-ASEAN itu dan ternyata beberapa negara ASEAN sudah mulai seperti Singapura dan Vietnam yang sudah menandatangani kesepakatan terkait itu, jadi kita akan mempelajarinya, dan kita tidak boleh ketinggalan kereta," katanya.
Darmin juga menyebutkan dalam pertemuan satu per satu, investor Rusia juga akan membangun kilang minyak dan pabrik petrokimia.
"Investasi dan rencana bisnis akan dilakukan besar-besaran untuk petrokimia bahkan akan dijadikan sebagai basis ekspor selain untuk kebutuhan dalam negeri," kata Darmin.
Rusia juga berminat bekerja sama dengan Inalum untuk memproses lebih lanjut alumina untuk menghasilkan produk lebih lanjut menjadi produk hilir.
"Jadi cukup banyak dan kelihatannya Presiden Rusia Vladimir Putin mengetahui satu per satu proyek ini dengan baik. Karena ini pada dasarnya investor itu merupakan BUMN yang bergerak secara nasional di sana," katanya.
Darmin mengatakan banyak peminat serius dari Rusia dan pemerintah menganggap pertemuan kali ini tidak sekedar janji janji, tapi sudah mulai direalisasikan seperti sektor pariwisata. "Mereka sudah lihat tinggal perlu blessing dari pemerintah," katanya.
Ia menyebutkan untuk kilang dan petrokimia yang akan dibangun itu di Indonesia, pada hari Kamis nanti akan ditandatangani kesepakatan kerja samanya antara Pertamina dengan perusahaan Rusia.
Sementara itu mengenai kesepakatan bisnis dengan Korea, Darmin menyebutkan selain ada forum bisnis yang dihadiri ratusan pengusaha Korea, juga ada pertemuan "business luncheon".
"Dalam business luncheon kita berbincang-bincang dengan investor yang sudah ada di Indonesia atau dia mau mengembangkan usahanya di Indonesia atau dia baru mau memulai bisnis di Indonesia," katanya.
Menurut dia, dalam pertemuan itu mereka bersemangat dan ada keinginan besar untuk mengembangkan bisnisnya lebih lanjut di Indonesia.
Dalam pertemuan dengan Lotte, perusahaan yang selama ini dikenal bergerak di supermarket ternyata berminat mengembangkan usaha di sektor lain.
"Mereka mau masuk ke petrokimia, karena ternyata mereka merupakan grup bisnis yang luas yang juga menggarap sektor lain termasuk properti, perhotelan, petrokimia dan lainnya.
Menurut Darmin, dalam kunjungan ke Korea juga dicapai kesepakatan kerja sama perusahaan baja Korea Posco melanjutkan kerja samanya dengan PT Krakatau Steel.
"Ini adalah rencana untuk mengembangkan kapasitas produksi di mana akan ada joint venture antara KS dengan Posco dan kita memang sangat membutuhkan produk besi baja dalam waktu dekat ini," katanya.
Ia menyebutkan pembangunan pembangkit listrik juga harus diikuti dengan pembangunan transmisi yang diperkirakan mencapai sepanjang 43.000 km.
"Dan itu pasti memerlukan besi dan baja," kata Darmin Nasution.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016