Salah seorang warga Kecamatan Pasie Raja, Teuku Bintang saat dihubungi dari Tapaktuan, mengungkapkan, kejadian naas tersebut berlangsung sekitar pukul 09.30 WIB disaat wilayah Aceh Selatan sedang diguyur hujan lebat disertai angin kencang.
Dua orang nelayan yang tewas tersebut adalah Abdul Majid (60) dan Miswar Alias Tua (50), sedangkan korban kritis adalah M Tahir (36) dan Darman (40).
Kedua korban kritis tersebut telah dievakuasi ke Puskesmas Pasie Raja untuk mendapatkan perawatan medis.
"Rombongan nelayan tersebut seluruhnya berjumlah 13 orang, sebanyak 11 orang naik perahu dayung sedangkan dua orang lagi naik speed boat. Speed boat bertugas menarik perahu dayung saat sudah berada di laut lepas," ujarnya.
Ke-13 orang nelayan tersebut, lanjut Teuku Bintang, berangkat dari Pasie Mata Ie, Kecamatan Pasie Raja Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Setelah berlayar selama lebih kurang dua jam tepat pukul 08.00 WIB kondisi cuaca mulai tidak mendukung yakni hujan deras disertai badai atau angin kencang sehingga mengakibatkan perahu yang mereka tumpangi dihantam gelombang setinggi 3 meter.
Karena merasa terancam, kemudian mereka memutuskan untuk mengurungkan niat pergi melaut dan memutar kembali haluan perahu hendak kembali ke daratan.
Kondisi cuaca yang sedang buruk itu ternyata mengakibatkan gelombang laut makin mengganas, sehingga keputusan mereka ingin menyelamatkan diri ke daratan justru membuahkan petaka.
Berdasarkan keterangan nelayan yang selamat, kata Teuku Bintang, perahu yang ditumpangi 11 orang nelayan tersebut terbalik setelah dihantam gelombang besar persis berada sekitar 100 meter dari bibir pantai, akibatnya nelayan yang berada dalam perahu berhamburan jatuh ke laut.
"Sebenarnya lokasi mereka jatuh itu tidak jauh lagi dengan bibir pantai. Namun karena kondisi angin cukup kencang disertai gelombang besar setinggi 3 meter yang menghantam perahu mereka sehingga 11 orang nelayan tersebut tidak mampu lagi mencapai daratan karena perahu sudah terbalik," kata Teuku Bintang mengutip keterangan korban selamat.
Menurutnya, dari dua orang nelayan yang tewas dan dua lainnya kritis dalam kejadiaan naas itu seluruhnya tidak sampai terseret arus ke laut lepas sebab satu orang diantaranya bernama Abdul Majid kakinya terbelit dengan tali pukat.
Sedangkan korban tewas satu lagi bernama Miswar bersama dua korban dalam kondisi kritis lainnya sempat diselamatkan oleh rekan-rekannya namun nyawa Miswar tidak dapat tertolong kecuali dua rekannya yang lain meskipun dalam kondisi kritis.
"Menurut keterangan korban selamat, kejadian naas itu berlangsung secara tiba-tiba dan sangat cepat. Setelah mereka berhamburan jatuh ke laut, tujuh orang nelayan dalam satu perahu yang berjumlah 11 orang itu, langsung berupaya menyelamatkan empat rekannya dalam kondisi sudah mulai tenggelam. Mereka berhasil menarik rekan-rekannya tersebut ke daratan meskipun dua orang sudah tewas dan dua lainnya kritis," kata T Bintang.
Pria yang bekerja sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Pasie Raja ini menyebutkan, dari tujuh orang nelayan yang selamat dalam musibah itu dua orang diantaranya adalah Sekretaris Desa (Sekdes) Mata Ie, Ismail (40) dan Sekretaris Panglima Laot wilayah lhok Pasie Raja yang sekaligus bertindak sebagai pawang perahu naas itu, Zainal (42).
Camat Pasie Raja, Said Ali, yang dihubungi dari Tapaktuan membenarkan bahwa akibat dihantam angin kencang disertai gelombang besar setinggi 3 meter satu unit perahu dayung yang ditumpangi 11 orang nelayan asal Desa Mata Ie, terbalik sehingga mengakibatkan dua orang nelayan tewas dan dua orang lagi dalam kondisi kritis.
"Untuk korban kritis telah dievakuasi ke Puskesmas Pasie Raja untuk mendapatkan perawatan medis. Sedangkan dua korban tewas setelah sempat di semayamkan beberapa saat dirumah duka, pada Sabtu sore langsung di kebumikan oleh pihak keluarga masing-masing," kata Said Ali.
Sementara itu, Kapolsek Pasie Raja, Ipda Sutardi menerangkan bahwa kejadian perahu terbalik yang mengakibatkan dua orang nelayan tewas dan dua lainnya kritis tersebut murni musibah atau kecelakaan kerja yang tidak diduga-duga dampak dari cuaca ekstrim sedang melanda daerah itu.
"Kami hanya menyesalkan keputusan para nelayan tetap melaut dengan mengabaikan peringatan yang telah kami sampaikan. Padahal saat ini sedang musim barat sehingga perairan laut Aceh Selatan sedang dilanda cuaca ekstrim," sesalnya.
Menurut Sutardi, untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa setiap datangnya cuaca buruk seperti hujan deras disertai angin kencang, pihaknya selalu rutin menyampaikan peringatan atau pemberitahuan kepada para nelayan maupun kepada masyarakat luas melalui masing-masing kepala desa agar berhati-hari beraktivitas di luar rumah.
Pewarta: Anwar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016