Militer Suriah tewaskan 125 pemberontak di Hama

22 Mei 2016 11:42 WIB
Militer Suriah tewaskan 125 pemberontak di Hama
Seorang tentara mengangkat senjatanya sementara yang lain mengibarkan bendera Suriah di Qusair usai tentara Suriah mengambil alih kota dari kekuasaan pemberontak dalam foto yang diambil dari rekaman, Rabu (5/6). (REUTERS/Syrian Tv/Handout via Reuters)
Damaskus (ANTARA News) - Sedikitnya 125 anggota milisi Nusra Front, yang terkait Al Qaeda, dan kelompok-kelompok berpandangan serupa tewas akibat serangan militer Suriah di Provinsi Hama menurut warta kantor berita SANA pada Sabtu (21/5).

Mereka tewas selama serangan militer di dekat Kota Hur Binafsuh di daerah pedesaan Hama menurut SANA, menambahkan bahwa pasukan militer berhasil memecah kepungan pemberontak di Thermal Station dekat Kota Zara pada Sabtu.

SANA mewartakan bahwa selama serangan itu lebih dari 125 anggota milisi tewas dan kendaraan lapis baja rusak.

Nusra Front dan Ahrar al-Sham baru-baru ini melancarkan serangan ke kota Zara di bagian selatan Hama, membunuhi warga sipil di kota yang sebagian besar merupakan anggota sekte Alewite, tempat elit penguasa Suriah berasal.

Ratusan warga sipil tewas atau terluka, dan puluhan lainnya diculik oleh milisi Nusra di Zara, memicu tentara Suriah melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali kota dan Hur Binafsuh.

Para pemberontak menyiarkan gambar-gambar mengerikan dalam pembantaian di Zara, salah satunya menunjukkan pemberontak radikal menginjak jasad perempuan berlumuran darah dengan latar cipratan darah pada dinding.

Pada 14 Mei, Menteri Luar Negeri Suriah mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk pembantaian itu, mengatakan bahwa kelompok teroris telah membantai perempuan, anak-anak dan lansia tanpa diskriminasi.

Menurut Kementerian Luar Negeri, para teroris secara keji membunuh warga sipil yang sedang tidur di Zara.

Kementerian menambahkan bahwa pembantaian itu tidak akan menghalangi pemerintah melanjutkan perang melawan teroris, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.



Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016