Sleman (ANTARA News) - Taman Nasional Gunung Merapi berhasil menghijaukan kembali sekitar 100 hektare lahan di hutan Gunung Merapi yang hangus akibat beberapa peristiwa kebakaran pada tahun 2015.Kebakaran hutan Merapi tahun kemarin, selain disebabkan karena faktor cuaca, juga ada indikasi kesengajaan manusia
"Selama program penghijauan kembali pada tahun 2016 ini minimal seratus hektare lahan bekas kebakaran bisa dihijaukan kembali," kata Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Dhany Suryawan, di Sleman, Jumat.
Menurut dia, baik penghijauan maupun antisipasi kebakaran di hutan lereng Gunung Merapi saat ini juga lebih intensif baik dalam standar dan kuantitas peralatan maupun koordinasi dengan berbagai pihak.
"Kerja sama penanganan pascakebakaran dengan banyak pihak, maupun antisipasi secara lebih luas dan rapi menjadi semakin baik," katanya lagi.
Dia mengatakan, kebakaran terjadi selama 2015 merupakan yang terhebat dalam beberapa tahun terakhir.
"Kebakaran hutan Merapi tahun kemarin, selain disebabkan karena faktor cuaca, juga ada indikasi kesengajaan manusia," ujar dia.
Dhany mengatakan, kerugian akibat kebakaran hutan Merapi tersebut juga cukup banyak, mengingat lahan yang terdampak berupa program penghijauan kerja sama dengan pihak Jepang untuk mengembalikan lahan yang terkena erupsi besar Gunung Merapi 2010.
Kepala TNGM Edy Sutiyarto mengatakan program penghijauan di lahan terdampak kebakaran kawasan TNGM memasuki musim kemarau ini mulai dihentikan.
"Penanaman bibit pohon untuk penghijauan sudah tidak boleh, dihentikan sementara karena sudah mulai susah air khawatir bibitnya justru akan mati," katanya pula.
Ia menyebutkan, penanaman lahan terdampak tersebut terutama di daerah Dukun dan Srumbung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Wilayah tersebut yang paling besar terkena dampak kebakaran, yaitu sekitar 305 hektare," kata dia.
Menurut dia, bibit yang ditanam dalam penghijauan tersebut adalah pohon yang mempunyai karakter ketahanan terhadap kebakaran, seperti senu, tesek, elo, tutup, rampelas serta dadap.
"Nanti kalau sudah mulai masuk musim hujan, akan dimulai lagi," katanya pula.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016