• Beranda
  • Berita
  • Operator liga GTS akui terima banyak versi soal kerusuhan suporter

Operator liga GTS akui terima banyak versi soal kerusuhan suporter

1 Juni 2016 03:11 WIB
Operator liga GTS akui terima banyak versi soal kerusuhan suporter
Ilustrasi: foto dokumen kerusuhan suporter sepakbola di Indonesia. (ANTARA FOTO/Noveradika)
Jakarta (ANTARA News) - PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator liga Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 mengaku menerima banyak versi penjelasan mengenai penyebab beberapa kerusuhan antarsuporter dalam kompetisi sepak bola yang diselenggarakannya.

"Kenapa kasus jatuhnya korban suporter Persija dan PSS Sleman tidak masuk dalam agenda Komite Disiplin? Hal itu karena kejadiannya di luar sistem regulasi keamanan pertandingan, dan juga banyak versi mengenai hal itu," kata Direktur Kompetisi dan Regulasi PT GTS, Ratu Tisha Destria, ketika ditemui Antara di Kantor PT Liga Indonesia, kawasan Epicentrum, Jakarta, Selasa (31/5) malam.

Tisha mencontohkan bahwa mengenai kasus tewasnya suporter Persija, versi yang diterima pihak GTS adalah mengenai permusuhan lama antara salah satu kelompok pendukung dengan aparat keamanan.

Ia mendapatkan informasi bahwa ada unsur sejarah di mana kelompok tersebut semacam tidak menyukai sikap aparat keamanan bukan bentrok suporter, sehingga terjadi kericuhan.

"Kejadian itu bukan bentrok suporter, bukan pula di area pertandingan," kata Tisha. Sedangkan untuk suporter PSS Sleman, ia mengatakan menurut data yang diterima hal itu sudah ranah kepolisian, karena kejadiannya jauh dari lokasi pertandingan.

Apapun hal tersebut, Tisha tetap menyesalkan kejadian tersebut, dan PT GTS tidak tinggal diam. GTS akan lebih berkoordinasi dengan pihak aparat serta kelompok suporter sendiri.

Sementara itu, terkait dengan keputusan sidang Komdis terhadap kericuhan ketika pertandingan antara PS TNI dan Persegres Gresik United yang sedang berjalan hingga Selasa (31/5) malam, ia tidak dapat berkomentar lebih jauh, karena keputusan tersebut kewenangan Komdis, dan Tisha tidak mengetahui langkah apa yang akan diambil, sebab Komdis independen atau di luar kepentingan GTS.

"Bisa saja Komdis memutuskan permasalahannya, namun bisa jadi akan ada sidang lanjutan lagi kalau memang diperlukan, yang jelas itu di luar wewenang saya," kata Tisha.

Pada Selasa (31/5) malam, terlihat beberapa anggota Komdis memasuki ruang rapat, dan di luar ruang sudah ada perwakilan dari tim PS TNI yang menunggu, namun belum diketahui hasil yang didiskusikan.

Seperti diketahui, selama liga ISC bergulir, telah terjadi beberapa kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dari berbagai kubu.

Salah satunya dari suporter Persija, Muhammad Fahreza yang meninggal dunia dengan dugaan dianiaya oleh petugas keamanan.

Kemudian korban lainnya adalah suporter dari PSS (Sleman) Stanislaus Gandhang Deswara yang diduga meninggal dunia karena dianiaya suporter lainnya pada hari Minggu (22/5), di jalan Magelang KM 14.

Yang terakhir adalah kerusuhan antara suporter PS TNI dengan Persegres Gresik United yang terjadi Minggu (22/5) di Petrokimia Stadion Gresik, Jawa Timur.

Dari kerusuhan yang melibatkan suporter PS TNI tersebut, jatuh banyak korban luka-luka hingga dirawat ke rumah sakit.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016