Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Rhesus Negatif Indonesia (RNI) Lici Murniati mengatakan rhesus negatif bukanlah penyakit kelainan darah tapi satu variasi golongan darah....pada saat transfusi dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, stok dan kematian,"
"Masih ada persepsi rhesus negatif adalah penyakit kelainan darah, padahal hanya variasi darah dan masing-masing banyak jenis variasi golongan darah lain selain rhesus," kata Lici di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan, rhesus negatif masih ditanggapi keliru oleh masyarakat umum dan diasumsikan bahwa darahnya orang "bule". Padahal mayoritas anggota RNI asli orang Indonesia.
Menurut dia, kebanyakan orang baru mengetahui rhesusnya pada saat membutuhkan transfusi darah. Sedangkan penggolongan darah selain ABO juga perlu diketahui faktor rhesus dalam darah.
"Karena pada saat transfusi dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, stok dan kematian," jelas Lici.
Dia memperkirakan darah rhesus negatif di Indonesia di bawah satu persen sementara seluruh dunia hanya 15 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rhesus negatif adalah golongan darah yang langka.
Dari pendataan RNI sebanyak 2.000 anggota dari seluruh Indonesia sudah bergabung.
Karena kelangkaannya, RNI selalu mendorong para anggota yang cukup umur dan sehat terpanggil menjadi pendonor sukarela.
"Kami terus menyosialisasikan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan donor darah rhesus negatif di seluruh wilayah Indonesia," ujarnya.
Diharapkan semakin banyak kepedulian masyarakat umum untuk memeriksakan rhesusnya sejak dini sehingga dapat diketahui dan mau mendonorkan darahnya.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016