Untuk sebagian besar umat Muslim, bulan puasa Radhan tahun ini jatuh sejam 6 Juni hingga 5 Juli. Selama periode tersebut, umat Muslim menahan haus dan lapar sejak menjelang fajar hingga senja.
Untuk negara-negara di belahan dunia bagian utara, waktu berpuasa mereka akan lebih panjang, sehingga umat Muslim di sana berpuasa hingga 17 jam, lebih lama dibandingkan di Indonesia yang waktunya sekitar 14 jam.
Voice of America (VOA) merangkum saran-saran bagi umat Islam yang sedang menjalankan puasa, namun tetap mampu menjaga kesehatannya.
Razeen Mahroof, spesialis medis dari Oxford, Inggris memperingatkan agar tidak makan terlalu banyak saat berbuka puasa hingga menjelang sahur.
Menurutnya, pesan penting dibalik Ramadhan adalah disiplin dan kontrol diri.
Ia mengatakan, makanan sahur harus mengandung makanan yang mampu menghasilkan energi untuk waktu berjam-jam. Ia menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang lambat dicerna, seperti roti pita, salad, sereal dan roti panggang.
Para ahli kesehatan juga menyarankan agar menghindari makanan yang tinggi lemak, gula serta makanan yang digoreng, terutama untuk dikonsumsi malam hari selama berpuasa.
Lovely Ranganath, yang bekerja sebagai ahli gizi senior di Dubai World Trade Center mengatakan bahwa tidur dan minum banyak cairan di malam hari juga kunci untuk tetap sehat selama Ramadan .
"Bangun untuk sahur menjadi sulit karena mencerna makanan yang digoreng mengganggu siklus tidur kita," ujar Ranganath.
Dia mengatakan kekurangan cairan dapat menyebabkan tidak hanya dehidrasi tapi juga perut masalah.
Ada lebih dari 1,6 miliar Muslim di dunia . Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 196 juta orang. Sementara, 3,3 juta umat Muslim tinggal di Amerika Serikat.
Banyak umat Muslim mengakhiri puasa mereka dengan kurma dan minum air, tradisi yang dimulai Nabi Muhammad SAW.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016