"Teman-teman dalam tim sudah maksimal (memperoleh data), target rasanya terpenuhi sesuai rencana awal, mengambil data di enam desa di Kepulauan Yapen," kata Forest Officer WWF Indonesia Program Papua Rianto Stev Amir kepada Antara di atas KM Gurano Bintang di perairan Asai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Rabu.
Pada dasarnya, ia mengatakan, kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), potensi ekowisata serta potensi lain yang dimiliki Kepulauan Yapen.
Data-data yang dikumpulkan, ia menjelaskan, akan menjadi dasar program WWF Indonesia ke depan, baik untuk program terestrial maupun maritim.
Berdasarkan hasil survei tim ekspedisi, potensi ekowisata yang dapat dikembangkan di bagian utara Kepulauan Yapen lebih pada hutan sedang di wilayah selatan lebih ke arah perairan.
"Untuk yang hutan ini lebih berkaitan dengan habitat Cenderawasih," ujar dia.
Yang menjadi catatan terkait dengan lingkungan, ia mengatakan, adalah tidak adanya pengelolaan sampah yang baik di setiap kampung.
Namun masyarakat kampung menerapkan sanksi adat atau sanksi guna memastikan flora dan fauna terjaga.
Sedangkan terkait dengan pendidikan, Kepala Bidang Dinas Pendidikan Sekolah Dasar Kabupaten Kepulauan Yapen Marinus Manufamdu yang juga ikut dalam ekspedisi ini mengatakan, kondisi fasilitas pendidikan di sejumlah kampung cukup memprihatinkan.
"Yang segera akan dilakukan setelah laporan pendidikan dari ekspedisi ini sampai ke kepala dinas dan bupati adalah mengganti sejumlah kepala sekolah," ujar dia.
Sementara staf monitoring perairan Teluk Cenderawasih WWF Indonesia program Papua Evi Nurul Ihsan mengatakan hasil penyelaman di perairan Ambai di selatan pulau dan Asai yang berada di utara pulau menunjukkan gambaran berbeda, namun kondisi ekosistem keduanya masih baik.
Jika di Ambai di kedalaman lebih dari tujuh meter kondisi sudah berpasir, dan karang hanya ditemukan di atas kedalaman tujuh meter, namun kondisi biotanya untuk ikan ekonomis hanya beberapa spesies seperti ikan ekor kuning, kerapu, kakap, gutila.
Sedangkan di Asai terumbu karang dapat terlihat hingga kedalaman 12 meter dengan biota ikan ekonomis yang sama ditambah dengan jenis ikan bibir tebal atau sweet lips.
"Ikan herbivor seperti kakak tua dan butana masih ditemukan. Artinya ekosistem perairan masih dalam kondisi sehat, perannya bisa berperan sebagai konsumen alga," ujar dia.
Ekspedisi Saireri menggunakan Kapal Motor (KM) Gurano menyusuri tiga kampung di wilayah pantura Kepulauan Yapen yang belum seluruhnya bisa dijangkau lewat jalur darat dari ibu kota Kabupaten Serui.
Belum ada jaringan telekomunikasi yang menembus wilayah utara Kepulauan Yapen. Warga juga lebih banyak mengandalkan genset dengan bahan bakar solar untuk memenuhi kebutuhan listrik karena kampung-kampung seperti Aisau, Sawendui, dan Asai belum teraliri listrik.
Pada hari ke-15, Tim Ekspedisi Saireri mulai meninggalkan perairan Kabupaten Kepulauan Yapen guna melanjutkan mengumpulkan data dan melakukan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Kabupaten Biak.
Sebelum menyusuri pantura Kepulauan Yapen tim ekspedisi telah mendatangi dua kampung di wilayah selatan pulau yakni Sarawandori, Ambai, dan Barawai.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016