"Dengan teknologi ini sampah dalam jumlah besar dapat dilebur menjadi abu dalam waktu singkat, tidak sampai 1 jam," kata Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Dr Rudi Nugroho usai penandatanganan kesepakatan bersama tentang pengkajian dan penerapan teknologi penanganan sampah di Jakarta, Selasa.
Dalam proses peleburan ini energi panas yang dihasilkan oleh incinerator hingga 1.000 derajat Celcius kemudian bisa dikonversikan menjadi energi yang menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik, ujar dia.
Teknologi pengolahan sampah dengan proses thermal untuk saat ini dianggap paling efektif dan telah digunakan di sebagian besar negara maju seperti Perancis, Austria, Finlandia, Jepang hingga Singapura, ujarnya.
Menurut dia, teknologi ini juga tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, sehingga untuk lahan 9-10 ha dapat mengolah sampah hingga 1.000 ton per hari.
Sementara itu Setya Heragandhi, Dirut PT Jakarta Propertindo, BUMD yang ditugaskan menangani soal ini, mengatakan, persoalan sampah di Jakarta sudah darurat karena itu diperlukan langkah yang efektif.
Presiden Joko Widodo, ujarnya, juga telah mengeluarkan Perpres no 18 tahun 2016 untuk mempercepat penyelesaiannya di tujuh kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya dan Makassar.
Pada tahap awal, lanjut dia, DKI akan membangun di empat lokasi lebih dulu dengan kapasitas 6.000 ton per hari pada akhir 2016 dan harus sudah beroperasi pada pertengahan tahun 2018.
"Jika DKI berhasil, maka ini akan jadi contoh bagi kota-kota lainnya, " katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Ali Maulana Hakim mengakui, di tempat pembuangan akhir Bantar Gebang, Bekasi sudah ada teknologi pengolah sampah, namun demikian proses pengolahannya lamban sehingga dianggap gagal.
"Dari 7.000 ton per hari kemampuannya hanya 2.000 ton. Kami butuh yang cepat, sehingga tidak menimbulkan timbunan sampah yang makin menumpuk," katanya.
Pemda DKI, ujarnya, juga menginginkan teknologi yang mampu menghasilkan energi terbarukan, berupa pembangkit listrik tenaga sampah.
Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016