• Beranda
  • Berita
  • BNPB ingatkan agar waspada banjir rob di jalur Pantura

BNPB ingatkan agar waspada banjir rob di jalur Pantura

30 Juni 2016 14:09 WIB
BNPB ingatkan agar waspada banjir rob di jalur Pantura
Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia Sutopo Purwo Nugroho (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat yang mudik Lebaran 2016 untuk mewaspadai potensi banjir rob di wilayah jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa.

"Potensi rob tetap tinggi, terutama terjadi di kota-kota bagian utara Jawa, Pekalongan, Semarang, dan daerah-daerah pantai utara," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Kamis.

Sutopo menjelaskan bahwa Kabupaten Pekalongan merupakan daerah yang masih mengalami rob sejak 27 Mei hingga sekarang dan sebanyak 280 orang masih mengungsi hingga saat ini.

Dia menjelaskan potensi rob tetap ada dikarenakan fenomena alam yaitu pasangnya air laut yang dipengaruhi gravitasi.

Selain itu, potensi rob akan semakin besar apabila ditambah dengan hujan lebat yang memang diperkirakan berintensitas tinggi pada Juli mendatang.

Namun Sutopo mengatakan potensi gelombang laut tinggi seperti yang terjadi beberapa hari lalu cenderung tidak terjadi dan tidak akan mempengaruhi jalur mudik via laut.

"Gelombang tinggi tidak terlalu ekstrim. Kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan seperti yang terjadi beberapa hari lalu," ujar Sutopo.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika gelombang tinggi diperkirakan hanya akan terjadi di perairan Samudera Hindia yang berimbas ke pesisir selatan Jawa dan pesisir barat Sumatera.

Sementara perairan utara seperti Laut Jawa yang merupakan jalur pelayaran tidak berpotensi gelombang tinggi sehingga diperkirakan masih aman.

Sutopo mengimbau pada masyarakat yang hendak berwisata di pantai-pantai selatan Jawa seperti Parangtritis, pantai-pantai selatan di Kabupaten Gunung Kidul untuk waspada dan berhati-hati dikarenakan gelombang tinggi yang berasal dari Samudera Hindia.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016