Pantauan Antara, hampir setiap rumah memasak dodol khas jaton yang nantinya akan dibagikan kepada tamu yang datang kerumah warga setempat.
"Ini sudah menjadi tradisi kami, memasak dan membagikan dodol saat Lebaran Ketupat yang dirayakan seminggu setelah Idul Fitri," ucap Saleh, warga setempat.
Dia menjelaskan, tiga hari sebelum perayaan Lebaran Ketupat, warga sekitar sudah mulai memproduksi dodol Jaton.
"Memasak dodol membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga ekstra, karena untuk memasak 10 kg dodol, dibutuhkan sembilan jam waktu memasaknya, dan harus terus diaduk agar campuran bahannya merata," jelas Saleh.
Dodol Jaton terbuat dari tepung, kacang, santan kelapa dan gula merah, dengan penbandingan jika ingin membuat 10 kilogram dodol, dibutuhkan 30 butir kelapa dan 15 kilogram gula merah.
"Untuk 10 kilogram dodol yang kami buat akan menjadi 225 bungkus dodol Jaton yang dibungkus menggunakan daun woka," kata Saleh.
Sementara itu, Ido Masuli yang ditemui saat sedang membungkus dodol Jaton mengatakan, dodol yang dibungkus adalah dodol yang telah didinginkan selama 12 jam usai dimasak.
"Proses pendinginan dodol jaton terbilang cukup lama, karena harus sudah benar-benar dingin baru bisa dibungkus dengan daun woka," jelas Ido.
Ia menuturkan, daun woka yang digunakan sebagai pembungkus dibeli dari daerah pegunungan di Limboto Barat.
"Harus orang yang sudah terampil jika ingin membungkus dodol dengan daun woka, karena jika belum terbiasa, daun woka akan cepat sobek sehingga dodol tidak terbungkus rapi," katanya.
Pewarta: A Solihin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016