Ternate (ANTARA News) - Investor pertambangan dari China menyiapkan dana senilai Rp9 triliun untuk investasi di Maluku Utara (Malut), terutama pembangunan smelter sumber daya alam nikel, kemudian bidang perikanan dan pendidikan.Saya merasa senang karena China sangat terbuka ..."
"Kunjungan kerja Gubernur ke China bahas kerja sama di sektor pertambangan dan kelautan bersama dengan pemerintah Provinsi Guangzhou melalui melalui pembangunan smelter," kata Vice President PT Jinchun Group, Yao Wei Xin, di Ternate, Sabtu.
Dia mengatakan, Maluku Utara dipilih sebagai daerah tujuan kerja sama karena 65 persen ekspor tambang nikel Indonesia berasal dari Malut.
"Sebenarnya sudah dilakukan nota kesepahaman, memorandum of understanding (MoU), di Jakarta, bahkan awalnya belum ditemukan lokasi kerja sama, namun setelah bertemu Gubernur Abdul Gani Kasuba lalu diputuskan Maluku Utara sebagai lokasi kerja sama dan tidak hanya smelter, karena investor akan merambah beberapa potensi perikanan dan pendidikan," katanya.
Menurut dia, Malut menjadi prioritas karena dukungan dari pemerintah daerah setempat dirasa sangat membantu program investasi Pemerintah Provinsi Guangzhou.
"Seperti kemudahan perizinan dalam berinvestasi dan pembangunan pabrik smelter ini menjadi titik awal berinventasi di Malut dan lokasi yang akan digarap di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, dengan nilai investasi Rp9 triliun," katanya.
Sementara itu, Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba ketika dihubungi mengatakan bahwa kunjungannya ke China akan banyak dimanfaatkan untuk belajar, terutama mengenai kultur China dan toleransi antara umat beragama yang cukup tinggi.
Dia mengemukakan, dalam kunjungannya ke China melibatkan pula Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malut, Imran Yakub, ke dalam rombongannya untuk mempelajari kemajuan pendidikan di China.
"Saya berencana membangun sekolah berbahasa Mandarin di Halmahera Selatan supaya ke depan generasi kita tidak hanya bisa berbahasa Inggris, tetapi juga Mandarin," katanya.
Ia mengatakan, berkunjung ke China lebih difokuskan untuk kepentingan investasi secara terbuka.
"Saya merasa senang karena China sangat terbuka, terutama soal kerja sama ini dengan tujuan agar semua hasil bumi Maluku Utara tidak lagi dibawa keluar," katanya.
Jika hasil bumi Malut langsung dibawa keluar, dinilainya, maka daerah itu tidak akan dapat apa-apa.
Oleh karena itu, ia menambahkan, kedua pihak sudah berkomitmen apa yang dihasilkan Malut tetap diproses di daerahnya menjadi komoditas jadi, termasuk dari kehutanan dan perikanan, yang juga menjadi prioritas investor dari China.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016