Dia tidak ingin buru-buru meninggalkan karakter itu.
"'Reply 1988' sangat berharga bagi saya," katanya saat diwawancara kantor berita Yonhap, Kamis.
"Saya pikir saya tidak akan menyesal bahkan bila nanti saya mengingat kembali masa itu ketika saya tua dan menyadari bahwa itu adalah peran penting bagi saya."
Ryu baru-baru ini berperan jadi CEO berkepala dingin dari perusahaan perangkat lunak game di drama MBC "Lucky Romance".
"Saya mendapat banyak perhatian berkat karakter di drama sebelumnya, jadi saya tidak mau menghapus atau menghancurkan karakter itu," kata dia.
Dalam "Lucky Romance" maupun "Reply 1988" dia sama-sama memerankan karakter yang sulit mengekspresikan perasaannya.
Di "Reply 1988", Ryu berperan sebagai Jeong-hwan, siswa sekolah menengah atas tahun 1980-an yang kalah bersaing dalam mendapatkan hati gadis yang dia sukai sejak lama.
Sementara di drama sesudahnya, dia menjadi CEO Jae Soo-ho, yang setelah trauma karena patah hati bertemu dengan programmer yang percaya takhayul dan demi alasan itu berusaha mendapatkan hati sang CEO.
"Saya pikir dua karakter itu mungkin tumpang tindih, tapi saya senang penonton bisa menangkap emosi Soo-ho dengan baik," kata Ryu.
"Ada perbedaan jelas antara (dua karakter itu) karena Soo-ho memiliki trauma. Saya kira penonton senang dengan cara Soo-ho menghilangkan trauma itu, kemudian berubah dan menjadi dewasa."
Ryu mengatakan ia selalu mengenakan baju bertangan panjang meski udara panas karena dia menganggap Soo-ho adalah orang yang ingin terlindungi oleh busananya.
"Tapi memang panas sekali," ujarnya lalu tertawa.
Setelah pengambilan gambar episode terakhir "Lucky Romance", yang tayang pada 14 Juli, Ryu pergi ke Busan untuk syuting film "Taxi Driver".
Dia kembali ke Seoul sehari sebelum wawancara, namun tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
"Tubuh sehat adalah satu-satunya yang saya punya," selorohnya.
Pada usia 20-an, Ryu pernah bekerja paruh waktu di beberapa tempat, mulai dari mengantar pizza hingga menjadi guru les usai sekolah.
"Itu adalah cara saya menjaga harga diri sebagai manusia," katanya.
"Saya bekerja keras karena saya pikir saya setidaknya harus membangun kehidupan dimana saya bisa membeli segelas kopi untuk diri saya sendiri saat menginginkannya. Saya selalu berada di sekitar orang-orang ketika bekerja dan saya kira itu membantu akting saya."
Penerjemah:
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016