• Beranda
  • Berita
  • Cuaca kemarau basah rugikan petani tembakau di lereng Merapi/Merbabu

Cuaca kemarau basah rugikan petani tembakau di lereng Merapi/Merbabu

28 Juli 2016 18:16 WIB
Cuaca kemarau basah rugikan petani tembakau di lereng Merapi/Merbabu
Seorang warga memanen tembakau di persawahan Desa Mangunsari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Senin (24/8/2015). Pada akhir bulan Agustus petani tembakau di kawasan lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing mulai melakukan proses panen raya tembakau yang diperkirakan akan berlangsung hingga akhir September mendatang. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
Boyolali (ANTARA News) - Petani di lereng Merapi dan Merbabu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terancam merugi karena musim panen bulan ini, tidak bisa maksimal dampak cuaca kemarau basah.

Muhammad Zaini (50) petani tembakau di Desa Sukabumi cemogo Boyolali, Kamis, mengatakan, banyak petani tembakau yang belum memanen daun tembakaunya karena dampak cuaca yang tidak menentu, dan masih banyak turun hujan pada Juli ini.

Menurut Zaini, petani mayoritas belu memanen tanaman tembakaunya karena pada cuaca kemarau basah, mereka akan kesulitan dalam proses pengeringan.

"Saya tahun ini, menanam tanaman tembakau sebanyak 800 batang di lereng Gunung Merapi. Namun, saya hingga sekarang belum ada yang menawar harga tanaman ini," kata Zaini petani tembakau di Desa Sukabumi.

Menurut Zaini dengan lahan seluas sekitar 1.000 meter persegi yang ditanami tanaman tembakau sebanyak 800 batang dengan menghabiskan biaya sekitar Rp1,5 juta.

Namun, para petani tidak berani memanen tanaman tembakaunya hingga sekarang karena kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi.

Selain itu, kata dia, kondisi tanaman tembakau dampak cuaca yang tidak menentu tersebut banyak yang rusak sehingga menurunkan kualitas daunnya.

"Jika harga daun tembakau basah kondisi normal bisa dijual hingga di atas Rp4.000 per kilogram. Namun, kondisi cuaca saat ini, harga bisa ditawar di bawah Rp4.000/kg." katanya.

Menurut dia, kurangnya peminak pembeli diduga karena menurunnya kualitas tembakau akibat diguyur hujan deras. Dampaknya, daun tembakau menipis karena kadar nikotin rendah.

Menurut dia, pada kondisi normal, setiap satu kuintal daun tembakau basah dapat menjadi delapan hingga sembilan kilogram rajangan kering. Namun, jika dipaksakan dipanen hasilnya kurang maksimal. Setiap satu kuintal daun basah maksimal hanya menjadi tiga kilogram tembakau rajangan kering.

Sarwoto (40) petani tembakau asal Desa Jelok Cepogo Boyolali di lereng Gunung Merbabu, mengatakan, dampak kondisi cuaca kemarau basah yang masih sering turun hujan ini, menyebabkan kualitas hasil panen daun tembakau menurun.

"Saya belum berani memanen tanaman tembakau yang seharusnya sudah siap panen. Hal ini, karena cuaca banyak hujan bulan ini, akan kesulitan pada proses pengeringan," kata Sarwoto yang megaku miliki tanaman tembakau sebanyak 3.000 batang.

Menurut dia, akibat dampak cuaca yang tidak menentu saat ini, petani tidak ada yang memulai merajang daun, dan pihak penebas yang menanyakan hasil panennya untuk menawarkan harga.

Sarwoto khawatir dengan kondisi cuaca yang tidak menentu tersebut dapat menyebabkan petani merugi karena kualitas hasil panen tidak bisa maksimal.

Sarwoto menjelaskan, tanaman tembakau sebanyak 3.000 batang di lahan seluas 3.000 meter persegi tersebut menghabisan biaya sekitar Rp2 juta hingga 2,5 juta. Hasil panen tahun lalu, bisa laku terjual mencapai sekitar Rp6 juta.

Namun, kata Sarwoto dengan kondisi kualitas tanaman tembakau tahun ini, yang menurun tersebut diperkirakan hasilnya juga akan menurun hingga sekitar 50 persen lebih.

"Saya prediksi hasil panen tanaman tembakau tahun ini, banyak yang merugi, yakni hanya sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta," kata Sarwoto.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016