• Beranda
  • Berita
  • Paus Fransiskus tegaskan salah kaitkan Islam dengan kekerasan

Paus Fransiskus tegaskan salah kaitkan Islam dengan kekerasan

1 Agustus 2016 07:05 WIB
Paus Fransiskus tegaskan salah kaitkan Islam dengan kekerasan
Paus Fransiskus. (REUTERS/Stefano Rellandini)

terorisme tumbuh ketika tidak ada opsi lain dan ketika uang disembah

Jakarta (ANTARA News) - Paus Fransiskus menyatakan adalah salah mengidentifikasi Islam dengan kekerasan, sebaliknya ketidakadilan sosial dan pemberhalaan uang adalah penyebab utama terorisme.

"Saya kira tidak benar mengidentifikasi Islam dengan kekerasan," kata Paus kepada wartawan di dalam pesawat sewaktu kembali ke Roma setelah lima hari mengunjungi Polandia. "Ini tidak benar dan ini tidak tepat."

Paus menjawab pertanyaan seputar pembunuhan pada 26 Juli terhadap pendeta Katolik Roma berusia 85 tahun oleh penyerbu gereja bersenjatakan pisau yang diklaim sebagai militan ISIS.

"Saya kira pada hampir semua agama selalu ada kelompok kecil fundamentalis. Kami (umat Katolik) juga memilikinya," kata Paus.

"Saya tidak suka membahas kekerasan Islam karena setiap hari saya membaca surat kabar saya menyaksikan kekerasan di sini di Italia, ada yang membunuh pacarnya, ada yang membunuh mertuanya. Mereka semua umat Katolik yang terbaptis," kata dia.

"Andai saya berbicara soal kekerasan Islam, saya juga harus membicarakan kekerasan Katolik. Tidak semua muslim keras," sambung dia.

Paus juga menyatakan ada banyak penyebab terorisme.

"Saya tahu adalah berbahaya berbicara soal ini namun terorisme tumbuh ketika tidak ada opsi lain dan ketika uang disembah dan menempatkannya sebagai ekonomi dunia. Itu adalah bentuk pertama terorisme. Itu adalah terorisme mendasar yang melawan kemanusiaan. Mari bicara soal itu," kata Paus.

Paus menyatakan pembunuhan pendeta di Prancis dan rangkaian serangan teror belakangan ini adalah bukti dunia tengah berperang, namun bukan disebabkan oleh agama.

Dia menyatakan hilangnya peluang ekonomi bagi kaum muda Eropa telah menjadi biang keladi munculnya terorisme, demikian Reuters.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016