Ekonomi kreatif daerah wisata harus berkembang

1 Agustus 2016 13:54 WIB
Ekonomi kreatif daerah wisata harus berkembang
Puluhan kapal lego jangkar di perairan Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Foto diambil dari atas Bukit Cinta, salah satu kawasan wisata andalan di Labuan Bajo, yang berdekatan dengan Taman Nasional Pulau Komodo. (ANTARA News/Imam Santoso)
Kupang, NTT (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira di Kupang, Dr Thomas Ola Langodai, mengatakan, sektor ekonomi kreatif di daerah tujuan wisata harus berkembang sejalan dengan perkembangan pariwisata di Nusa Tenggara Timur.

"Ekonomi kreatif masyarakat lokal harus bergerak seiring dengan perkembangan potensi wisata di daerah-daerah yang ada di NTT," katanya, di Kupang, Senin. 

Menurut dia, saat ini sektor ekonomi kreatif masyarakat di daerah tujuan wisata belum berkembang maksimal sehingga nilai guna ekonomi dari perkembangan pariwisata tidak dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat.

Ia mencontohkan usaha sajian masakan masyarakat setempat unggulan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, yang masih di dominasi para pendatang.

"Kita lihat sendiri usaha kuliner yang ada di Labuan Bajo di sepanjang pelabuhan dan sekitar daerah wisata hanya di dominasi oleh pendatang dari Jawa, Manado, Bima, sementara masyarakat setempat masih hitungan jari," katanya.

Menurut dia, pengembangan ekonomi masyarakat bidang pariwisata tidak hanya terkait dengan membangun hotel mewah semata bagaimana sektor ekonomi turunan yang digeluti masyarakat setempat juga bisa bergerak.

"Orang bisa tinggal menginap di hotel mewah namun harus ada penginapan dengan khas kearifan lokal, orang boleh makan di restauran mewah namun ada sajian khas makanan lokal," katanya.

Sehingga, kata dia, pemerintah daerah harus menyiapkan pelaku-pelaku UMKM tidak hanya di bidang kuliner namun juga jasa transportasi, kerajinan tangan dan usaha turunan lainnya.

"Ketika wisatawan berpindah dari satu destinasi ke lainnya bisa memnafaatkan moda transportasi yang memadai selain mendapatkan oleh-oleh hasil kerajinan tangan masyarakat lokal," katanya.

Menurut dia, pariwisata di Bali dan Yogyakarta bisa menjadi contoh untuk perkembangan wisata di provinsi berbasis kepulauan itu, artinya, kata dia, semua sektor ekonomi masyarakat setempat bisa bergerak beriringan dengan keunggulan pariwisata.

"Pemeintah harus turun langsung ke masyarakat untuk melakukan pemberdayaan dengan mengelompokkan sektor-sektor usaha potensial yang dimiliki untuk bisa dijual," katanya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT, Marius Ardu Jelamu, mengatakan, jumlah wisatawan ke NTT khususnya ke Labuan Bajo terus meningkat sejak Labuan Bajo ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan secara Nasional.

"Kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo terus meningkat dari tahun ke tahun sejak spesies Komodo ditetapkan sebagai salah satu keajaiban dunia," katanya.

Dia mengatakan, hingga 2017 mendatang sebanyak 5.000 wisatawan dari Polandia berdatangan secara bertahap untuk kunjungan wisata ke NTT melalui pintu masuk bagian barat Flores di Labuan Bajo.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016