Surabaya (ANTARA News) - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Surabaya menyatakan minat warga kota itu menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setiap tahun menurun drastis.Turunnya minat jadi TKI disebabkan peluang kerja di Kota Surabaya masih memungkinkan karena termasuk wilayah yang kondusif untuk bekerja."
Kabid Penempatan Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Disnaker Surabaya Irna Pawanti, di Surabaya, Senin mengatakan meski turun, pihaknya selalu mendata setiap tahunnya melalui penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) demi menjaga keamanan saat bekerja di Luar Negeri (LN).
"Turunnya minat jadi TKI disebabkan peluang kerja di Kota Surabaya masih memungkinkan karena termasuk wilayah yang kondusif untuk bekerja," katanya.
Menurut dia, sejak 2014 hingga 2016 ini warga Surabaya yang ingin menjadi TKI menurun drastis. Terhitung mulai Januari 2016 hingga sekarang yang terdata hanya sekitar 63 orang.
"Dari 63 orang ini paling banyak diminati TKI mandiri di bidang chef di restoran dan pengasuh bayi," katanya.
Irna memastikan Kota Surabaya masih ada kantong-kantong TKI yang setiap tahunnya selalu ada orang berkeinginan menjadi TKI. Kantong-kantong TKI tersebut berada di wilayah Tambaksari, Semampir, Karang Pilang, Rungkut, dan Wonokromo.
"Daerah ini menjadi kantong TKI karena penduduknya tergolong banyak," katanya.
Untuk menjadi TKI legal, lanjut Irna, harus melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan, mulai verifikasi dokumen, registrasi, wawancara, hingga tes keahlian sesuai bidang yang dipilihnya.
Setelah itu, lanjut dia, PJTKI wajib memberikan pendidikan dan latihan (diklat) kepada calon TKI sebelum diberangkatkan ke luar negeri. "Kalau ada TKI yang ilegal, pasti TKI yang tidak melalui PJTKI," katanya.
Dari data yang ada di Disnaker Kota Surabaya, para TKI ini didominasi perempuan. Mereka kebanyakan bekerja di nonindustri atau informal. "Sekarang ini tidak ada PRT (pembantu rumah tangga). Jadi, kalau pengasuh bayi, ya fokus pada merawat bayi saja," ujarnya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016