Satu dari lima minaret atau menara merupakan bangunan tertinggi di Kota Mataram dengan menjulang mencapai 99 meter sebagai perlambang "Asmaul Husna" atau 99 nama indah Allah SWT.
Minaret Islamic Center yang dilengkapi "lift" dibangun dengan dana sebesar Rp32 miliar yang bersumber dari dana tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social reponsibility (CSR) PT Newmot Nusa Tenggara (NNT).
Pada 2011 dan 2012 PTNNT memberikan dana CSR 38 juta dolar AS atau setara dengan sekitar Rp360 miliar. Dana itu masing-masing sebesar Rp140 miliar untuk Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat serta sebesar Rp70 miliar untuk Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Dari Rp140 miliar yang menjadi hak Pemprov NTB, sebanyak Rp50 miliar di antaranya dipergunakan untuk mendukung kelanjutan pembangunan Islamic Center. Sebanyak Rp32 miliar di antaranya dipergunakan untuk pembangunan minaret.
Islamic Center yang berdiri di atas tanah seluas 7,5 hektare mampu menampung belasan ribu jamaah menjadi pusat peradaban Islam sekaligus sebagai induk ribuan masjid yang tersebar hingga ke pelosok-pelosok desa terutama di Pulau Lombok.
Sejatinya Nusa Tenggara Barat dikenal dengan sebutan Bumi "Seribu Masjid", karena jumlah masjid di provinsi yang penduduknya mayoritas muslim ini lebih dari 5.000 unit.
Masjid megah yang juga menjadi ikon wisata syariah di Bumi "Seribu Masjid" itu kini menjadi pusat perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXVI tingkat nasional.
Alunan Mars MTQ yang dikumandangkan oleh 93.000 pelajar dan pegawai negeri sipil menandai dimulainya pelaksanaan MTQ tingkat nasional yang kedua kalinya digelar di Kota Mataram.
Pada 43 tahun silam, tepatnya 1973 Kota Mataram pernah menjadi tuan rumah MTQ tingkat nasional. Kala itu MTQ dipusatkan di lapangan depan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang kini menjadi kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB yang berada di samping Islamic Center.
Menghadapi perhelatan akbar MTQ tingkat nasional itu, sejak beberapa bulan lalu Kota Mataram terus "bersolek" untuk menambah daya tarik kota dengan moto "Maju, Religius dan Berbudaya.
Di sepanjang ruas jalan protokol di Kota Mataram dihiasi 2.000 lampion bertuliskan aksara arab. Mulai dari jalan Langko, jalan Airlangga, jalan Pejanggik hingga pendopo gubernur dan walikota.
Kemudian, di jalan Udayana, tepatnya di lokasi venue utama penyelenggaraan MTQ tingkat Nasional, yakni Islamic Center yang kini telah dihiasi lampu. Kemegehan masjid terbesar di NTB kini menyerupai Masjid Nabawi di Madinah.
"Ini magnet kita untuk mempercantik suasana pada saat pelaksanaan MTQ Nasional," ujar Wlikota Mataram H Ahyar Abduh.
Selain memasang lampion, Pemerintah Kota Mataram juga berupaya memperindah dan mempercantik suasana kota Mataram. Hal ini dilakukan agar penyelenggaraan MTQ Nasional semakin semarak.
MTQ ke-26 tingkat nasional di Kota Mataram dihadiri 5.000 orang dari 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak 1.200 peserta di antaranya tengah mengikuti tujuh cabang lomba.
Ketujuh cabang lomba itu adalah Tilawah Al Quran, Hifzh Al Quran, Tafsir Al Quran, Fahm Al Quran, Syarh Al Quran, Khath Al Quran dan Menulis Makalah Ilmiah Al Quran (M2IQ).
"Kita ingin penyelenggaraan MTQ Nasional bisa dikenang oleh masyarakat maupun para kafilah yang datang ke NTB," kata Ahyar Abduh.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membuka secara resmi MTQ Nasional XXVI di Mataram, Ibu Kota Provinsi NTB pada Sabtu (30/7) malam.
Membumikan Al Quran
Ia menginginkan agar penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXVI di Mataram, NTB mampu membumikan Al Quran.
MTQ Nasional harus mampu membumikan Al Quran sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat kita," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-26 yang dilangsungkan di Astaka Utama Islamic Centre, Mataram Sabtu malam.
Presiden menyatakan memiliki harapan yang besar bahwa MTQ yang telah membudaya di tengah masyarakat di Tanah Air selain berkembang dari segi syiar dan kualitas penyelenggaraannya juga dapat mewarnai wajah umat Islam dan bangsa Indonesia.
Menurut dia, tujuan dan makna kegiatan MTQ bukan sekadar prestasi yang utama.
"Namun yang lebih utama lagi adalah syiar dan dakwah tentang bagaimana membumikan Al-Quran," katanya.
Mantan Gubernur DKI itu ingin agar Al Quran dijadikan sebagai nafas, sebagai pegangan hidup yang hakiki, dan sebagai kepribadian masyarakat Muslim di Tanah Air.
Ia menyayangkan sekarang ini masih banyak orang mudah mencela, mudah mengumpat, mudah merendahkan orang lain, mudah mengejek, mudah menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sopan santun pun diabaikan.
"Ungkapan pedas, ujaran kebencian yang asal bunyi bertebaran luar biasa khususnya di ranah media sosial. Ungkapan tersebut semakin menghebat saat terjadi konstetasi politik seperti pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan walikota, pemilihan presiden, serta pemilihan anggota legislatif," katanya.
Kandidat lain, kata Presiden, tidak lagi dilihat sebagai sahabat, teman, atau mitra melainkan dianggap sebagai musuh yang harus dihabisi.
"Selain itu saya berharap agar hakikat makna dan tujuan MTQ kita pegang tegung sehingga Al-Quran benar-benar kita resapi, kita hayati, kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Sebab, kata Presiden, saat seseorang menggaungkan Al Quran maka sebenarnya sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, fakir, dan miskin bukan nilai-nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
Sebelum di buka oleh Presiden Jokowi, MTQ diawali dengan berbagai kegiatan bernuansa Islami, diantaranya pada 27 Juli dilakukan Semaan Alquran dengan melantunkan ayat-ayat suci Al Quran oleh 1.000 orang hafiz dan hafizah.
Selanjutnya, pada 28 Juli akan diselenggarakan pembacaan barzanji atau "selakaran" yang diikuti 5.000 orang. Kegiatan itu memecahkan rekor Muri dalam katagori jumlah peserta terbanyak dan terpanjang di Indonesia.
Pada 29 Juli dilaksanakan pawai taaruf yang diikuti masyarakat umum, pelajar, pegawai Pemerintah Provinsi NTT dan Kota Mataram, termasuk kafilah.
Tidak hanya itu sejumlah rangkaian kegiatan juga dilaksanakan di beberapa titik, seperti hiburan rakyat di lapangan Sangkareang, Pantai Ampenan.
Dengan berbagai persiapan yang matang dan terencana, tampaknya pemeritah daerah di NTB berjuang menyukseskan MTQ tingat nasional tersebut. Bahkan sejumlah kegiatan berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia-Dunia (MURI).
Kedua rekor MURI dengan waktu persiapan hanya dua hari adalah Maes MTQ yang melibatkan para pelajar SD, SMP dan SMA se-Kota Mataram dan tradisi selakaran atau pembacaan kitab Barzanji.
"Kita buktikan kepada Indonesia, bahkan dunia pada umumnya bahwa NTB, khususnya Kota Mataram mampu menyelenggarakan MTQ dan masuk dalam MURI," kata Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin.
Pemecahan rekor MURI itu diawali dengan menyanyikan Mars MTQ yang dipusatkan di Lapangan Sangkareang. Kegiatan diikuti setidaknya 93.000 pelajar tingkat SD hingga SMA.
Aksi ini memecahkan rekor sebelumnya yang dibukukan tahun 2011 oleh Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan aksi menyanyi melibatkan 87.000 orang.
Selain berbagai kegiatan bernuansa Islami, MTQ tingkat nasional di Kota Mataram juga akan dimeriahkan dua penyanyi papan atas yang selama ini dikenal sebagai penyanyi religi.
Kehadiran para artis ibu kota itu untuk memberikan hiburan sekaligus menyampaikan syiar Islam kepada tamu undangan, kafilah, dan masyarakat yang hadir di acara pembukaan MTQ Nasional.
Sejalan dengan itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Musabaqah Tilawatil Quran Nasional XXVI Mataram, Nusa Tenggara Barat melestarikan jenis dakwah budaya sebagaimana telah dicontohkan oleh Walisongo.
"MTQ ini mirip cara wali dalam berdakwah lewat tilawah," kata Lukman dalam acara pembukaan MTQ Nasional XXVI di Mataram.
Menurut dia, berdakwah bisa dengan berbagai cara selama itu baik termasuk lewat seni baca Al quran.
Lukman mengatakan MTQN saat ini telah berkembang. Salah satu tolok ukurnya kategori lomba sudah semakin banyak atau tidak hanya cabang tilawah.
Dari semula kategori tilawah, kini sudah ada tujuh cabang. Keragaman cabang MTQN itu berkembang untuk kategori selain tilawah, di antaranya hafalan Al Quran, tafsir Al Quran, penulisan makalah ilmiah Al Quran, khat ayat Al Quran, syarhil Quran dan fahmil Quran.
Dari pengembangan kategori, kata Lukman, dapat semakin mendekatkan umat kepada Al Quran. Dengan begitu, umat Islam akan semakin memahami Al Quran yang berisi ajaran Islam dengan kasih sayangnya atau "rahmatan lilalamin".
"Rahmat memiliki makna kedamaian dan kemakmuran. Inilah seharusnya Indonesia menuju baldatun toyyibun wa rabbun ghafur yang bisa terwujud jika kita bisa melakukan revolusi mental dalam memaknai rahmat," kata dia.
Pengembangan lain dari MTQN kali ini adalah penerapan teknologi informasi e-MTQ yang meningkatkan transparansi perlombaan tilawatil quran tingkat nasional.
"Mari kita jadikan MTQ mulia yang membawa Al quran sebagai penyejuk yamg menenteramkan," kata dia.
MTQ Nasonal XXVI yang digelar di Bumi "Seribu Masjid" ini sejatinya menjadi perhelatan akbar yang akan terus dikenang oleh para kafilah dari seluruh Indonesia dan masyarakat NTB.
(T.M025/T007)
Oleh Masnun Masud
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016