Sleman (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong pemerintah desa di Kabupaten Sleman memanfaatkan dana keistimewaan dengan optimal dan bukan hanya diperuntukan untuk kegiatan tradisi budaya dan kesenian saja.Selama ini yang banyak diketahui danais (dana kesistimewaan) hanya difokuskan untuk kegiatan tradisi budaya dan seni. Danais sesungguhnya juga untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata,"
"Selama ini yang banyak diketahui danais (dana kesistimewaan) hanya difokuskan untuk kegiatan tradisi budaya dan seni. Danais sesungguhnya juga untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata," kata Sri Sultan HB X di Sleman, Senin.
Menurut dia, danais juga dapat digunakan pada bidang pertanahan, sarana dan prasarana maupun pembangunan infrastruktur dan pertanian.
"Di Gunung Kidul, danais dimanfaatkan untuk pembebasan lahan guna pembangunan fasilitas penunjang wisata seperti tempat parkir dan pelebaran akses jalan," katanya.
Ia mengatakan, pesatnya pariwisata di Gunung Kidul berdampak pada etiap akhir pekan, kunjungan wisata ke Gunung Kidul melonjak tajam sehingga jalan-jalan menjadi macet dan mencari tempat parkir pun sulit.
"Masyarakat kemudian memanfaatkan danais untuk mebeli lahan sebagai tempat parkir, termasuk pelebaran jalan-jalan ke objek wisata yang terlalu sempit dilebarkan," katanya.
Sultan mengatakan, setiap SKPD yang ada harus mengatehaui hal ini dan mampu berinovasi dengan memanfaatkan danais.
"Semoga tahun depan peruntukan danais bisa meningkat," katanya.
Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman Heri Suprapto mengatakan apa yang disampaikan Sultan merupakan angin segar bagi pemerintah desa. Karena selama ini, pihaknya tidak banyak mengetahui mengenai pemanfaatan danais.
"Berarti kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi bisa dibangun," katanya.
Menurut dia, Desa Kepuharjo saat inu menjadi salah satu destinasi wisata Lereng Merapi. Dimana di tempat ini berdiri sejumlah lokasi terdampak erupsi Merapi yang banyak dikunjungi wisatawan seperti bunker, wisata Museum Sisa Hartaku, Kopi Merapi dan Batu Alien.
"Wisata lava tour Merapi juga banyak diminati wisatawan," katanya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatkan, untuk bisa memanfaatkan danais secara optimal, SKPD seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus dipisah. Sehingga nanti kebudayaan dan pariwista lebih fokus dibidangnya masing-masing.
"Dengan begitu kita bisa mengeksplor lebih luas lagi," katanya.
Ia mengatakan, tidak ada masalah bila peruntukan danais untuk membangun pariwisata KRB. Peruntukan danais untuk KRB bukan berarti menghidupkan lokasi itu untuk hunian. Sebab yang dibangunan hanya infrasruktur penunjang pariwisatanya.
"Nanti akan dipikirkan tempat parkir yang memadai serta akses yang nyaman. Lava tour juga kini kan menjadi primadona wisata di Sleman," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ayu Laksmidewi mengatakan pihaknya telah mengelola danais sejak 2014. Di 2015 realisasi fisik danais mencapai 100 persen sesuai dengan perencanaan.
"Sedangkan realisasi keuangan tahun 2015 mencapai 86 persen dari total dana sebesar Rp7,9 miliar," katanya.
Ia mengatakan, danais diperuntukkan untuk berbagai program kegiatan seperti pengembangan nilai budaya, pelestarian cagar budaya, dan aktualisasi kesenian tradisional dan budaya kontemporer diantaranya wayang siswa dan wayang kulit.
"Tahun ini, Kabupaten Sleman mengelola danais sebesar Rp3,7 miliar. Hingga bulan ini realisasi danais di Kabupaten Sleman telah mencapai Rp2,1 miliar," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016