Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Senin, (8/8), Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dirut Barata yang baru.
Pertama, Barata saat ini sudah menjadi local manufacturing coordinator, “Sehingga Pak Silmy harus membuat Barata lebih maju lagi dari sebelumnya,” kata Harry. Barata juga diminta untuk menjadi koordinator dalam hal pembangunan kereta cepat. “Seperti yang kita ketahui, di dalamnya nanti ada perusahaan-perusahaan BUMN dan swasta,” lanjut Harry.
Selanjutnya, Barata akan menjadi pedoman acuan untuk standarisasi pembuatan komponen PLTU. Seperti yang kita ketahui, pemerintah Jokowi-JK membuat beberapa PLTU hingga 2019, Harry meminta Barata memikirkan
komponen standar PLTU tersebut hingga cara merawatnya. “Sehingga tidak akan ada permasalahan sulitnya mencari komponen pengganti PLTU,” jelasnya.
Silmy mengaku siap menjawab tantangan tersebut. Ia juga mengaku akan membuat Barata lebih maju lagi melalui heavy industry atau industri berat. “Banyak di beberapa negara heavy industry sudah sangat maju dan terdepan, karena heavy industry ini menjadi ujung tombak dalam membangun sebuah ekonomi negara,” katanya.
Silmy juga akan membenahi terkait industri infrastruktur kelistrikan dan logistik. Ia mengatakan, pelabuhan-pelabuhan baru akan bermunculan di Indonesia, namun sayang logistik seperti crane masih impor. “Kalau bisa kita sudah mandiri untuk hal-hal seperti itu. Sebisa mungkin kita akan produksi sendiri,” tutupnya.
Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2016