"Jika tujuan utama pembentukan bank sampah adalah mencari keuntungan, maka ketika tujuan tersebut tidak tercapai, bank sampah cenderung tidak berkembang. Ini yang perlu kami ingatkan kembali," kata Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Very Tri Jatmiko di sela penilaian Bank Sampah Wirolaras di Yogyakarta, Selasa.
Hingga saat ini, jumlah bank sampah di wilayah telah mencapai 405 unit berbasis rukun warga (RW), namun tidak semuanya dalam kondisi berkembang karena ada beberapa yang mati suri.
Namun demikian, BLH Kota Yogyakarta tetap mendorong wilayah untuk memiliki bank sampah hingga seluruh rukun warga di Kota Yogyakarta memiliki bank sampah. Kota Yogyakarta memiliki 616 rukun warga.
Keberadaan bank sampah, lanjut dia, juga membantu warga di wilayah tersebut untuk memiliki komitmen tinggi memilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual dikumpulkan dan kemudian "ditabung" di bank sampah.
Bank sampah kemudian menjual sampah tersebut atau menyulap sampah anorganik menjadi berbagai kerajinan yang bernilai ekonomi dan layak jual.
"Kami sudah bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasioal (Dekranasda) Kota Yogyakarta untuk membantu pemasaran hasil kerajinan dari sejumlah bank sampah. Bisa diikutkan dalam berbagai pameran yang digelar," katanya.
Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi kompos. "Kompos yang dihasilkan juga membutuhkan pemasaran," katanya.
Selain melalui bank sampah, BLH Kota Yogyakarta berupaya untuk memberikan pendidikan mengenai sampah dan pemilihan sampah kepada anak usia dini agar pemilahan sampah sejak dari sumbernya menjadi budaya warga di masa yang akan datang.
"Akan lebih mudah memberikan pemahaman mengenai sampah ke anak-anak. Harapannya, perilaku ramah lingkungan sudah terbangun sejak dini," katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016