Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak.Sekolah harus bisa menjadi rumah kedua bagi anak, bisa menjadi tempat yang menyenangkan, bukan mal atau swalayan,"
"Sekolah harus bisa menjadi rumah kedua bagi anak, bisa menjadi tempat yang menyenangkan, bukan mal atau swalayan," ujar Mendikbud dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan ide sekolah sehari penuh baru sekedar gagasannya untuk mengimplementasikan Nawa Cita pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla.
"Presiden Joko Widodo berpesan bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah terpenuhinya peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) mendapatkan pendidikan karakter 80 persen dan pengetahuan umum 20 persen. Sedangkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpenuhi 60 persen pendidikan karakter dan 40 persen pengetahuan umum," jelas Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Pihaknya berupaya mencari cara agar mengimplementasikan pesan tersebut agar bisa menanamkan pendidikan karakter tersebut di sekolah.
Salah satunya melalui gagasan "full day school", tapi dia menegaskan bahwa hal itu bukan berarti anak belajar sehari penuh melainkan berisi dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan.
"Tentunya dengan kegiatan yang menggembirakan, yang bisa merangkum pendidikan karakter yang tertuang dalam Nawa Cita."
Meski demikian, dia enggan menyebut bahwa kegiatan tersebut merupakan sekolah sehari penuh.
"Yang belum paham, akan kami beri pemahaman. Kami akan tampung kritik dan saran, nanti akan kami tampung dan sampaikan ke presiden. Kebijakan ini diserahkan ke tangan presiden," papar dia.
Muhadjir menyebut ada jeda waktu kosong antara anak pulang sekolah dan bersama orang tua. Apalagi jika kedua orang tua siswa tersebut seorang pekerja.
"Jeda waktu tersebut rentan disusupi dengan pengaruh negatif pada anak," kata dia.
Dia berterimakasih pada masyarakat yang kritis menanggapi wacana tersebut.
Jika nanti jadi dilaksanakan, lanjut dia, pelaksanaannya tidak langsung serentak di seluruh sekolah. Namun hanya di beberapa sekolah yang menjadi sekolah percontohan.
"Kami sudah petakan, sekolah mana saja yang memungkinkan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Sumarna Surapranata mengatakan dengan sekolah seharian juga menguntungkan para guru karena tak perlu lagi dipusingkan dengan jam mengajar.
"Jadi para guru tidak lagi perlu blingsatan mencari tambahan jam mengajar dengan pola ini. Ekuivalensi dengan jam mengajar," kata Pranata.
Melalui pola tersebut, guru mendapatkan setidaknya sepertiga dari 24 jam mengajarnya selama sepekan.
Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016