Snapchat menghapus filter tersebut setelah merilisnya Selasa (9/8), memicu kekhawatiran fitur terbaru itu menghina dan rasis.
Snapchat mengatakan filter tersebut dimaksudkan untuk membuat karakter kartun terlihat lucu dan berjanji tidak akan mengeluarkannya lagi.
"Snapchat memvirtualkan wajah kuning tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang Asia Timur," demikian pesan dari akun @brtnyle di Twitter.
"Ini mengecewakan entah itu disengaja atau tidak."
Snapchat yang berbasis di California juga dituduh tidak peka secara rasial setelah merilis filter Bob Marley yang bisa dipakai pengguna menambahkan grafis gimbal di foto mereka awal tahun ini.
Snapchat mengatakan filter yang dirancang dengan semangat mendiang bintang reggae tersebut juga memodifikasi fitur wajah dan menggelapkan warna kulit.
Popularitas Snapchat melonjak dengan pesan yang hilang tak lama setelah dilihat dan telah menambahkan fitur untuk lebih bersaing dengan layanan pesan atau fitur foto seperti yang dijalankan oleh Facebook atau Google.
Jumlah orang yang menggunakan Snapchat di Amerika Serikat diperkirakan melonjak lebih dari 27 persen tahun ini menjadi 58.600.000, yang berarti hampir satu dari lima orang di negara itu akan menggunakan layanan ini menurut eMarketer.
Tahun 2020, peringkat pengguna Snapchat di Amerika Serikat diperkirakan membengkak menjadi 85,5 juta, menurut laporan tersebut.
Snapchat memperkirakan telah memiliki 100 juta lebih pengguna global layanan untuk mengirim video, gambar, dan pesan teks yang menghilang setelah dilihat. Beberapa laporan mengatakan aplikasi tersebut itu menghasilkan tampilan 10 miliar video per hari, demikian menurut warta kantor berita AFP.
Penerjemah: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016