Makassar (ANTARA News) - Kepala Polda Sulawesi Selatan, Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan, bersama Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal, membesuk guru SMK Negeri 2 Makassar, Dahrul (53), yang menjadi korban penganiayaan oleh siswa dan orangtuanya.... Kita tidak bisa seperti ini kalau tidak ada guru. Harusnya memang anak-anak lebih menghargai para orangtua, bukan cuma guru, orangtua kandung, saudara atau kerabat, melainkan orang yang lebih tua dari kita...
"Cepat sembuh bapak dan harus sehat kembali agar bisa kembali mengajar. Senakal-nakalnya anak, tetap harus mendapatkan pendidikan yang layak," ujar Charliyan, saat berbincang dengan Dahrul di RS Bhayangkara Makassar, Jumat.
Charliyan mengatakan kedatangannya bersama Rizal ke RS Bhayangkaran Makassar itu bentuk dukungan moril kepada Dasril.
Dahrul dianiaya orangtua muridnya. Alief, sang murid yang dia tegur, dinilai melanggar aturan bersekolah, karena dia hilir-mudik pada jam pelajaran. Alief kemudian diketahui membalas teguran gurunya itu dengan makian kepada sang guru, disertai tendangan ke pintu kelas.
Setelah insiden itu, Alief kemudian mengadu kepada orangtuanya dan mengaku telah dianiaya Dasril. Sang orangtua yang pengurus LSM setempat itu lalu datang ke SMK Negeri 2 Makassar, mencari Dahrul. Secara tidak sengaja berpapasan dengan Dahrul dan langsung memukuli guru itu, dibantu Alief.
Sementara itu Rizal sengaja mendatangi Dahrul di Perawatan Bangau IV RS Bhayangkara untuk melihat kondisinya yang kini sedang terbaring lemah.
"Saya datang untuk melihat kondisi Pak Dahrul yang tengah terbaring lemah. Saya tidak tahu bagaimana jalan ceritanya, tapi saya sudah mendapatkan bayangan melalui teman-teman media," katanya.
Rizal berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi karena ia menganggap jika guru adalah orangtua kedua setelah orang tua kandung.
"Kita tidak bisa seperti ini kalau tidak ada guru. Harusnya memang anak-anak lebih menghargai para orangtua, bukan cuma guru, orangtua kandung, saudara atau kerabat, melainkan orang yang lebih tua dari kita," jelasnya.
Karena itu, dia meminta semua orangtua memberikan pemahaman kepada anak-anaknya di rumah dan jangan membebankan semuanya kepada gurunya di sekolah.
Charliyan mengatakan kedatangannya bersama Rizal ke RS Bhayangkaran Makassar itu bentuk dukungan moril kepada Dasril.
Dahrul dianiaya orangtua muridnya. Alief, sang murid yang dia tegur, dinilai melanggar aturan bersekolah, karena dia hilir-mudik pada jam pelajaran. Alief kemudian diketahui membalas teguran gurunya itu dengan makian kepada sang guru, disertai tendangan ke pintu kelas.
Setelah insiden itu, Alief kemudian mengadu kepada orangtuanya dan mengaku telah dianiaya Dasril. Sang orangtua yang pengurus LSM setempat itu lalu datang ke SMK Negeri 2 Makassar, mencari Dahrul. Secara tidak sengaja berpapasan dengan Dahrul dan langsung memukuli guru itu, dibantu Alief.
Sementara itu Rizal sengaja mendatangi Dahrul di Perawatan Bangau IV RS Bhayangkara untuk melihat kondisinya yang kini sedang terbaring lemah.
"Saya datang untuk melihat kondisi Pak Dahrul yang tengah terbaring lemah. Saya tidak tahu bagaimana jalan ceritanya, tapi saya sudah mendapatkan bayangan melalui teman-teman media," katanya.
Rizal berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi karena ia menganggap jika guru adalah orangtua kedua setelah orang tua kandung.
"Kita tidak bisa seperti ini kalau tidak ada guru. Harusnya memang anak-anak lebih menghargai para orangtua, bukan cuma guru, orangtua kandung, saudara atau kerabat, melainkan orang yang lebih tua dari kita," jelasnya.
Karena itu, dia meminta semua orangtua memberikan pemahaman kepada anak-anaknya di rumah dan jangan membebankan semuanya kepada gurunya di sekolah.
Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016