"Kami rasa tidak sulit menjual nama Krakatau, karena hampir setiap orang sudah tahu dengan Krakatau," ujar Gubernur Lampung, M Ridho Ficardo, di Jakarta, Jumat.
Permasalahannya, selama ini Festival Krakatau belum dikemas secara baik; akibatnya festival tersebut belum mendunia.
Selain itu, masyarakat yang ingin berkunjung ke Anak Gunung Krakatau juga merasa kesulitan jika dari Lampung. Padahal jika dari Lampung, masyarakat bisa berkunjung kapan saja ke tempat itu.
"Berbeda jika dari Banten, yang hanya bisa ke Anak Gunung Krakatau pada saat pagi hari. Kalau dari Lampung bisa kapan saja."
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya ingin mengemas ulang festival tersebut agar lebih mendunia.
Festival Krakatau sendiri akan dilangsungkan di Bandar Lampung pada 21 hingga 28 Agustus 2016. Tema yang diusung pada tahun ini yakni Lampung Harta Pusaka Suamtera alias Lampung The Treasure of Sumatra.
"Pada festival ke-25 ini kami akan mempromosikan berbagai lokasi wisata di Lampung, ada Pahawang, Teluk Kiluan, Gunung Krakatau, Air Terjun Putri Malu, Taman Nasional Way Kambas, dan banyak lagi," lanjut dia.
Teluk Kiluan menawarkan pengalaman melihat lumba-lumba langsung di habitatnya. Sementara Air Terjun Putri Malu adalah salah satu tempat wisata di Lampung yang belum banyak dikenalnya.
Festival itu juga dilengkapi jelajah kuliner, jelajah layang-layang, jelajah Krakatau, jelajah semarak budaya, serta pertemuan dengan para investor.
Festival Krakatau merupakan festival budaya yang diselenggarakan dalam rangka memperingati meletusnya Gunung Krakatau pada 1883.
Pewarta: Indriani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016