Pangkalan Udara Belbek, Krimea/Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin terbang ke Krimea pada Jumat (19/8), satu hari setelah menggelar latihan perang dan di tengah ketegangan di sana, sambil berharap agar Ukraina menggunakan "akal sehat" dalam menyelesaikan krisis kawasannya.Saya harap ini bukan merupakan pilihan terakhir, dan bahwa akal sehat akan menang."
Dua tahun setelah Moskow merebut semenanjung Krimea, wilayah itu kembali menjadi pusat ketegangan internasional setelah Putin menuding Kiev mengirim pasukan sabotase yang sempat bentrok dengan tentara Rusia pada pekan lalu.
Kiev, yang juga tengah memerangi kelompok separatis pro-Rusia di wilayah timur, membantah terjadinya insiden bentrokan tersebut dan menyebutnya sebagai kebohongan untuk mempersiapkan invasi lanjutan dari Kremlin.
Putin membalas dengan menggunakan retorika ancaman dan menjanjikan "tindakan balasan." Dia juga tengah mengumpulkan tentara menjelang latihan militer besar pada bulan depan.
Ia kembali menyebut krisis Krimea saat membuka rapat bersama Dewan Keamanan di pangkalan udara dekat pelabuhan militer Savastopol bersamaan dengan kunjungan pertamanya di Krimea sejak melemparkan tudingan pertama.
"Kami berkumpul dengan alasan yang jelas sejak insiden itu terjadi, yaitu setelah kami berhasil menggagalkan upaya sekelompok tentara Ukraina yang ingin melanggar kedaulatan kami," katanya.
Ia menimpali, "Dengan segala pertimbangan, pihak Kiev justru semakin memperparah situasi. Kami sudah terbiasa dengan upaya memperkeruh situasi ini."
"Saya harap ini bukan merupakan pilihan terakhir, dan bahwa akal sehat akan menang," kata Putin.
Pada Kamis (18/8) angkatan laut dan darat Rusia menggelar latihan dengan memindahkan peralatan militer dan tentara dengan cepat ke Krimea--salah satu daerah dengan rasio kehadiran militer paling tinggi di dunia.
Tindakan tersebut merupakan bagian dari latihan logistik yang akan mengawali latihan perang lebih besar pada bulan depan.
Armada Laut Hitam Rusia melibatkan sedikit-dikitnya 2.500 tentara dan 350 kendaraan bersenjata lengkap dalam latihan perang pada Kamis yang diadakan bersamaan dengan memanasnya situasi di Ukraina timur, di mana kesepakatan gencatan senjata semakin terancam berakhir dengan kegagalan.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada hari yang sama mengatatakan siap memberlakukan darurat militer jika konflik di wilayah timur semakin memburuk.
Sehari kemudian Putin menuding Pemerintah Ukraina tengah berupaya mendestabilisasi Krimea untuk mengalihkan perhatian dunia dari kegagalan mereka menerapkan perjanjian damai untuk konflik di bagian timur negara tersebut.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016