• Beranda
  • Berita
  • China desak Jepang berlaku "konstruktif" di KTT G20

China desak Jepang berlaku "konstruktif" di KTT G20

26 Agustus 2016 11:25 WIB
China desak Jepang berlaku "konstruktif" di KTT G20
Dokumentasi Grup 20 (G20) bersiap untuk foto bersama saat KTT G20, di kota resor Mediterania, Antalya, Turki, Minggu (15/11). (REUTERS/Murad Sezer)
Beijing (ANTARA News) - China mendesak Jepang memainkan peran yang "konstruktif" dalam KTT G20 2016, yang akan digelar di Huangzhou, China, mengingat kerja sama damai adalah kepentingan semua pihak, kata diplomat tertinggi China kepada utusan Jepang yang tengah berkunjung.

Hubungan antara dua kekuatan terbesar ekonomi Asia itu sering kali memanas oleh perseteruan sejarah perang dunia dan perebutan wilayah di Laut China Timur, serta berbagai persoalan lain.

Menurut Beijing, Jepang dituding sebagai aktor yang hendak mengintervensi masalah di Laut China Selatan; kawasan sengketa di Asia Tenggara yang kini juga semakin memanas. 

China secara agresif dan mengerahkan kekuatan sipil-militernya mengklaim hampir semua wilayah perairan Laut China Selatan dan berhadapan dengan empat negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Viet Nahm, Filipina, dan Malaysia.

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akan menghadiri pertemuan puncak G20 yang dimulai pada pekan depan, bersama dengan sejumlah pemimpin dunia lain, termasuk di antaranya Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Penasihat Urusan Luar Negeri China, Yang Jiechi --yang posisinya lebih tinggi dibanding menteri luar negeri--mengatakan kepada kepala Dewan Keamanan Nasional Jepang, Shotaro Yachi, bahwa Tokyo harus "memainkan peran yang konstruktif" dalam KTT G20.

"Perbaikan hubungan China dengan Jepang terus mendapat sejumlah tantangan oleh berbagai masalah, terutama persoalan terkait Laut China Timur dan Laut China Selatan, di mana kedua pihak sama-sama berkepentingan," tulis Xinhua mengutip secara tidak langsung pernyataan Yang.

Yachi juga bertemu dengan Perdana Menteri China, Li Keqiang, yang berharap agar Jepang "memahami dengan benar kepentingan China dan memenuhi komitmen untuk melihat pembangunan di China sebagai sebuah kesempatan."


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016