Empat gunung api di Sulut berstatus waspada

28 Agustus 2016 21:04 WIB
Empat gunung api di Sulut berstatus waspada
Petani menanam padi di desa Kayawu dengan latar Gunung Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara, Kamis (10/3/16). Status Gunung Lokon ditingkatkan dari Waspada level II ke Siaga level III seiring dengan meningkatnya aktifitas sesmik dan tremor. Warga dihimbau untuk tidak beraktifitas pada radius 2,5 km dari kawah Lokon. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)
Manado (ANTARA News) - Gunung Lokon (Kota Tomohon), Soputan (Kabupaten Minahasa Tenggara/Minahasa Selatan), Gunung Karangetang (Kabupaten Kepulauan Sitaro) dan Gunung Awu (Kabupaten Kepulauan Sangihe) di Provinsi Sulawesi Utara berstatus waspada level II.

"Warga yang berada di sekitar gunung ataupun pengunjung hendaknya mematuhi rekomendasi pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi atau PVMBG agar tidak memasuki radius bahaya yang telah ditentukan," kata Kepala Pusat Pengendalian dan Operasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Christian Laotongan di Manado, Minggu.

Sebagaimana data PVMBG, keempat gunung api aktif ini sempat menunjukkan peningkatan aktivitas yang berujung dinaikkannya status dari waspada ke siaga level III.

Gunung Lokon paling terakahir diturunkan statusnya dari siaga ke waspada karena mengindikasikan terjadinya penurunan gempa vulkanik.

PVMBG mengeluarkan rekomendasi kepada masyarakat atau pengunjung tidak memasuki radius bahaya sejauh 1,5 kilometer dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon.

Sementara Gunung Karangetang tidak dibolehkan aktivitas warga melakukan pendakian sejauh 1,5 kilometer dari kawah dan perluasan ke sektor selatan tenggara, barat dan barat daya sejauh 2,5 kilometer.

Begitupun dengan Gunung Soputan, PVMBG mensterilkan radius sejauh 1,5 kilometer dari puncak dan wilayah sektor barat dan barat daya sejauh 2,5 kilometer dari aktivitas warga dan pengunjung.

Di Gunung Awu, masyarakat, pengunjung atau pendaki diharapkan tidak mendekati dan beraktivitas di radius 3,0 kilometer dari puncak kawah.

"Rekomendasi-rekomendasi ini penting dilakukan agar warga masyarakat, pengunjung dan pendaki terhindar dari bahaya manakala terjadi letusan tiba-tiba," katanya.

Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016