• Beranda
  • Berita
  • Yogyakarta uji metode wolbachia untuk kendalikan DBD

Yogyakarta uji metode wolbachia untuk kendalikan DBD

31 Agustus 2016 14:57 WIB
Yogyakarta uji metode wolbachia untuk kendalikan DBD
Nyamuk Aedes Aegypti. (REUTERS/Paulo Whitaker)
Yogyakarta (ANTARA News) - Kota Yogyakarta mulai melakukan uji pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan memanfaatkan nyamuk Aedes aegypti yang membawa bakteri wolbachia setelah pengujian serupa dilakukan di Kabupaten Sleman dan Bantul.

"Setelah pengujian dengan metode wolbachia di Sleman dan Bantul menunjukkan hasil yang menjanjikan, maka kami berharap hasil yang baik di Kota Yogyakarta. Metode ini menjadi pelengkap dalam upaya mencegah dan menanggulangi penularan DBD," kata Peneliti Utama Eliminate Dengue Project Yogyakarta Adi Utarini di Yogyakarta, Rabu.

Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta bersama Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan pengujian pengendalian demam berdarah dengue menggunakan metode wolbachia di tujuh kelurahan, yaitu Tegalrejo, Kricak, Karangwaru, Bener, Wirobrajan, Pakuncen dan Patangpuluhan.

Pengujian pengendalian DBD dengan metode wolbachia yang diterapkan di Kota Yogyakarta berbeda dengan metode yang diterapkan di Kabupaten Sleman namun hampir sama dengan metode yang diterapkan di Kabupaten Bantul.

Kota Yogyakarta tidak melepaskan nyamuk yang sudah mengandung bakteri wolbachia ke lingkungan, namun memilih menggunakan telur nyamuk yang sudah mengandung wolbachia.

Telur nyamuk tersebut ditempatkan di ember berisi air dan harus "diasuh" oleh warga hingga tumbuh menjadi nyamuk dewasa dan siap dilepaskan ke lingkungan.

Nyamuk dewasa yang sudah mengandung bakteri wolbachia diharapkan kawin dengan nyamuk yang sudah ada di lingkungan dan menghasilkan keturunan nyamuk mengandung wolbachia yang diharapkan bisa menghambat penularan DBD.

EDP berencana menyebar sekitar 6.000 ember yang masing-masing berisi 100 telur nyamuk mengandung wolbachia di tujuh kelurahan secara bertahap. Penelitian akan dilakukan setelah 60 persen populasi nyamuk mengandung wolbachia.

"Kami memanfaatkan Yogyakarta bagian timur seperti Kotagede sebagai kontrol atau pembanding karena di wilayah tersebut tidak terdapat nyamuk yang mengandung wolbachia," katanya.

Berdasarkan hasil evaluasi di Sleman dan Bantul, Adi mengatakan, populasi nyamuk yang mengandung wolbachia semakin banyak, dan tidak ada penularan lokal DBD di lingkungan yang memiliki nyamuk mengandung wolbachia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia menyambut baik pengujian pengendalian DBD menggunakan metode wolbachia di tujuh kelurahan karena kasus DBD di Kota Yogyakarta cukup tinggi.

Jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta hingga Agustus mencapai 1.102 kasus dengan tujuh kematian. "Tiga di antaranya masih diaudit, apakah benar disebabkan oleh DBD atau tidak," katanya.

Kasus DBD terbanyak di antaranya ditemukan di Rejowinangun, Tegalrejo, Pakuncen dan Baciro. "Jadi sangat tepat jika Tegalrejo dipilih sebagai lokasi pengujian," katanya.

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati mengatakan metode wolbachia merupakan inovasi untuk mencari upaya terbaik dalam menangani DBD.

"Kami pun mendorong filantropis dan masyarakat untuk bisa berperan aktif dalam berbagai penetian untuk mencari inovasi dalam menangani berbagai masalah," katanya.


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016