Kanker payudara tertinggi di Indonesia

7 September 2016 14:32 WIB
Kanker payudara tertinggi di Indonesia
Dokumentasi seorang ibu melakukan simulasi pemeriksaan payudara oleh Petugas kesehatan dari Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (kanan) dengan alat mamografi di Mobil Mamografi Pertamina Peduli Kesehatan di Jakarta Selasa (21/10). Bulan Oktober merupakan bulan kewaspadaan kanker payudara nasional dan internasional yang ditandai dengan kampanye pita pink sebagai bentuk kepedulian akan bahaya kanker payudara yang menempati peringkat pertama setelah kanker serviks. (ANTARA FOTO/Teresia May)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Gumelar, mengatakan, kanker payudara merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia.

"Pada 2010, jumlah pasien kanker payudara 28,7 persen dari total penderita kanker," kata Linda sebelum membuka diskusi panel "Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Penjaminan Pelayanan Kepada Pasien Kanker Anak dan Kanker Payudara" di Jakarta, Rabu.

Secara umum, Linda mengatakan prevalensi penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 dari 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang.

Di seluruh dunia, 8,2 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat kanker, meningkat dari sebelumnya 7,6 juta pada 2008. Diperkirakan pada 2025, jumlah orang meninggal dunia akibat kanker meningkat menjadi 11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang efektif.

"Di Indonesia, kasus baru kanker payudara menjadi kasus kematian tertinggi dengan angka 21,5 pada setiap 100.000. Yang memprihatinkan, 70 persen pasien kanker payudara baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut," tuturnya.

Karena itu, Linda mengatakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sangat penting terutama bagi pasien kanker, meskipun dalam dua tahun pelaksanaannya masih perlu banyak penyempurnaan dan perbaikan.

"Pengobatan kanker memerlukan waktu yang relatif lama, berat dan tidak murah. Kami berharap ada keberpihakan kebijakan dan aturan yang lebih tepat bagi pasien kanker pengguna BPJS Kesehatan serta mendapatkan pelayanan yang mudah dan ramah," katanya.

YKPI dan Yayasan Onkologi Anak Indonesia mengadakan diskusi panel "Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional dalam Penjaminan Pelayanan Kepada Pasien Kanker Anak dan Kanker Payudara" di Auditorium RS Pusat TNI AD Gatot Subroto, Jakarta.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016