Penandatangan Letter of Intent (LOI) kedua perusahaan dilakukan antara PT Direktur Utama Barata, Silmy Karim, dan Nick Muntz CEO of Power and Gas Distributed Generation Business Unit, di Jakarta, Rabu.
Menurut Karim, kerja sama Barata Indonesia dengan Siemens ini dilakukan dalam rangka mendukung dan mengantisipasi program pemerintah dalam pembangunan proyek pembangkit listrik 35.000 MegaWatt (MW).
"Kita mesti memanfaatkan sebaik-baiknya program pembangunan pembangkit 35.000 MW untuk meningkatkan kemampuan dalam negeri dalam hal teknologi pembangkit listrik," ujarnya.
Sinergi dengan perusahaan asal Jerman yang bergerak di bidang elektrifikasi, otomatisasi serta digitalisasi peralatan pembangkit listrik ini juga merupakan tindak lanjut dari MOU yang dilakukan PLN dengan Siemens beberapa waktu lalu di Jerman.
"Kerjasama ini sangat strategis bagi Barata Indonesia agar kedepannya Indonesia dapat memproduksi pembangkit listrik sendiri," ujarnya.
Untuk percepatan penguasaan teknologi, Deputi Pertambangan Industri, Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Sampurno, menyatakan, telah menugasi Barata sebagai koordinator perusahaan-perusahaan BUMN dalam program peningkatan lokal konten proyek pembangkit listrik 35.000 MW.
Ada empat BUMN yang berpartisipasi yaitu Barata, PT Pindad (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero) yang diharapkan dapat memenuhi komponen lokal sebesar 75 persen.
Program ini seiring dengan rencana Barata Indonesia kedepan yaitu penajaman lini bisnis yang salah satunya adalah dibidang pembangkit listrik.
"Barata harus mampu merespon keinginan Pemerintah dalam meningkatkan partisipasi lokal yang ujungnya adalah kemandirian", ujar Fajar.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016