"Keikutsertaan Indonesia pada pameran CAEXPO ini untuk mempertahankan pasar RRC dan merebut pasar Asia" kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu.
CAEXPO ke-13 ini merupakan pameran dalam kerangka kerja sama perdagangan ekonomi China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA). CAEXPO merupakan pameran bertaraf internasional yang digelar setahun sekali di Nanning Guangxi.
Dalam pameran CAEXPO tahun ini Indonesia menempati dua paviliun, yaitu Paviliun Komoditi dan Paviliun City of Charm. Paviliun Komoditi luasnya 2.160 meter persegi, bertempat di Hall 4 Nanning International Convention & Exhibition Center, dan diisi oleh 86 pelaku usaha Indonesia.
Produk yang ditampilkan adalah furnitur dengan memfasilitasi 19 perusahaan, barang konsumsi, spa, produk herbal dan kecantikan untuk 11 perusahaan, home decoration untuk sepuluh perusahaan, aksesoris fesyen dan perhiasan untuk 26 perusahaan, serta makanan dan minuman untuk 20 perusahaan.
"Paviliun City of Charm Indonesia akan tampil istimewa dengan mengetengahkan budaya kearifan lokal dan destinasi wisata terbaik Indonesia," kata Arlinda.
Pameran ini disponsori oleh Kementerian Perdagangan RRT, 10 negara anggota ASEAN, serta Sekretariat ASEAN. CAEXPO merupakan bentuk kemitraan strategis ASEAN dan RRT, yang saat ini sedang bersama-sama menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global.
Selain memamerkan produk-produk Indonesia di Paviliun Komoditi dan Paviliun City of Charm, Ditjen PEN juga menyelenggarakan Kegiatan Indonesia Trade, Tourism and Investment (TTI) Forum pada hari kedua pameran, 12 September 2016.
Menurut Arlinda, seiring melambatnya ekonomi, partisipasi Indonesia dalam pameran seperti ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk menggenjot volume ekspor barang jadi dan yang bersifat konsumsi ke RRT dan kawasan Asia.
"Barang konsumsi yang berpotensi ekspor ke RRT antara lain produk tekstil, produk industri kreatif dan produk kecantikan. Promosi wisata Indonesia juga bisa menjadi andalan karena Indonesia punya banyak tempat wisata indah," ujar Arlinda.
RRC merupakan mitra dagang utama Indonesia dengan produk utama minyak kelapa sawit, produk kayu, alas kaki, produk ikan, dan tekstil. Indonesia menduduki peringkat ke-19 pemasok utama bagi RRT dengan share pada 2015 sebesar 1,18 persen.
Pada 2015, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke RRT sebesar 13,26 miliar dolar AS. Sementara pada periode Januari-Juni 2016, nilai ekspor nonmigas ke RRT adalah sebesar 6,09 miliar dolar AS.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal, pada 2015 total investasi Tiongkok di Indonesia sebesar 628 juta dolar AS, dan pada periode Januari-Maret 2016, sudah mencapai 500 juta dolar AS, atau sebesar 6,7 persen dari total investasi yang masuk ke Indonesia.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016