Pengelengaraan Fashion Diplomacy menampilkan Batik Mamayoo Private Collection dari Papua digelar KBRI Den Haag bersama Dharma Wanita Persatuan adalah untuk mempromosikan seni budaya Indonesia, khususnya batik Papua, demikian Minister Counsellor Pensosbud KBRI Den Haag, Belanda, Azis Nurwahyudi, kepada Antara London, Kamis.
Fashion Diplomacy dihadiri lebih dari 200 orang, yang terdiri atas tamu undangan dari industri fashion, perancang busana Belanda, diplomat asing, mitra kerja KBRI Den Haag lainnya dan para wartawan. Batik Mamayoo Private Collection merupakan rumah mode di Jayapura milik Yolanda Tinal, yang juga perancang motif-motif batik Papua ini,
Menurut Yolanda, motif batik Mamayoo merupakan wujud kecintaannya terhadap Tanah Papua. Segala keunikan Papua dia abadikan lewat gambar desain yang dibuatnya seperti burung Cenderawasih yang merupakan kebanggaan warga Papua, anggrek, ikan dan ukiran kayu. Selain keindahan alam, Yolanda juga mengabadikan kehidupan masyarakat Papua serta hasil buminya.
Lewat karyanya Yolanda berkemauan untuk mengangkat keunikan budaya Papua.
Peragawan dan peragawati yang berasal dari Belanda, memeragakan busana Batik Mamayoo rancangan Ian Adrian, tampil dengan perhiasan koleksi BaroqCo Jewelry, yang kerap merancang mahkota untuk kontes-kontes kecantikan, seperti Miss Universe dan Miss World.
Dalam peragaan busana rancangan Ian Adrian menampilkan 35 baju koleksi terbarunya yang untuk pertama kali ditampilkan di depan publik Belanda. Ian merasa bangga bisa menampilkan keindahan Papua melalui rancangannya untuk orang asing.
Pergelaran Fashion Diplomacy diawali dengan suguhan cocktail dengan aneka makanan khas Indonesia untuk para tamu, disusul dengan penampilan tari Mambri dan Yospan dari Papua.
Dubes I Gusti A. Wesaka Puja membuka acara dengan sambutan singkat. "Fashion adalah tentang ekspresi diri. Selain itu, fashion juga ditujukan untuk pemahaman budaya. Lewat event ini, kita bisa mengerti budaya lain," katanya.
Dikatakannya Papua merupakan satu dari 17.000 pulau di Indonesia. "Jika Anda bisa mengeksplorasi kecantikannya, maka Papua akan membawa keajaiban bagi Anda semua. Mengutip kata-kata Gianni Versace: Don't make fashion own you, but you decide what you are, what you want to express by the way you dress and the way you live."
Acara dimeriahkan dengan penampilan Lucky Octavian dan Shamilla Cahya. Dua penyanyi ini mampu menciptakan suasana hangat dan akrab dengan lagu-lagu yang mereka bawakan, dan sesekali mengajak hadirin berdansa bersama. Lucky Octavian dan Shamilla Cahya khusus didatangkan dari Indonesia untuk memeriahkan acara Fashion Diplomacy.
Menjadi puncak acara malam itu adalah peragaan busana Batik Mamayoo Private Collection, yang disambut dengan antusiasme undangan.
"Saya sangat menyukai pergelaran ini, sangat memberi pencerahan," kata perancang busana terkenal Belanda, Allan Vos. Beberapa busana yang ditampilkan sangat mengejutkan, ia menambahkan. Komentar serupa juga disampaikan pengamat mode, Marianne van Stekelenburg. Desainnya sangat bagus. "Busana-busana yang ditampilkan sangat kaya warna dan seksi,"katanya.
Sementara itu Lyana Odinokaja, Account Manajer Dillewijn Zwapak untuk Eropa Tengah dan Timur begitu bersemangat mengungkapkan kekagumannya. "Fashion show ini sangat bagus. Atmosfer yang terbangun sangat hangat, sangat patriotik, dan tampak sekali ada nuansa penuh cinta di antara orang Indonesia," ujar Lyana.
"Kreasi desainer yang diperagakan sangat tidak biasa. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya. Saya benar-benar menyukainya. Compliment!"
Menurut Lyana, fashion show ini harus dibuat lebih besar lagi. "Orang harus tahu tentang kreasi indah yang ditampilkan malam ini."
Grote Kerk, adalah gereja Protestan yang dibangun antara abad ke-15 dan ke-16, serta merupakan tempat dibaptisnya anggota keluarga Kerajaan Belanda, malam itu disulap menjadi oase Indonesia dengan penampilan live music, tari-tarian, serta busana-busana cantik dan elegan khas Papua.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016