"Pendengar RRI di perbatasan menjadi bagian utama untuk membangun identitas bangsa. RRI akan terus hadir di perbatasan," kata Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI, Mohammad Rohanudin.
Saat ini, RRI memiliki tujuh stasiun di daerah perbatasan yang termasuk dalam 30 stasiun prioritas, yang didukung dengan pemancar berkekuatan rata-rata lima kilowatt (KW).
Pemancar-pemancar besar ini, menurut Rohanudin, menjadi kekuatan RRI untuk melawan siaran dari radio lain dalam konteks diplomasi di kawasan perbatasan agar tetap Merah-Putih.
Selain itu, dengan 92 stasiun yang dimiliki RRI telah menjangkau 82 persen penduduk Indonesia.
Bahkan baru-baru ini radio milik pemerintah itu menghadirkan dua pemancar besar di Garut bagian selatan yang penduduknya belum banyak tersentuh media.
"Garut itu terletak di Jawa, tetapi ternyata belum banyak media masuk ke situ. Baru RRI yang hadir, mungkin juga koran, tetapi tidak media online karena jaringan internetnya belum bagus," kata Rohanudin.
Ke depannya RRI akan banyak menyusun program dengan konten lokal untuk memberi ruang kepada publik dan stasiun-stasiun di daerah agar bersama membangun budaya dan kearifan lokal setempat.
Di sisi lain, radio yang terkenal dengan program siaran berita Pro 3 itu juga berusaha menjawab tantangan di era digital dengan meluncurkan beberapa aplikasi yang memungkinkan pendengar menikmati siaran RRI secara "streaming" seperti "RRI Play" dan "BeYoung".
Dengan berbagai kebijakan dan inovasi yang dikembangkan, Rohanudin yakin jumlah pendengar radio di Indonesia yang saat ini 27 persen akan meningkat menjadi 40 persen dalam lima tahun ke depan.
"Manajemen radio sekarang akan lebih terintegrasi dengan media sosial melalui sistem integrated broadcast broadband," tuturnya.
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016