• Beranda
  • Berita
  • Jamaah apresiasi layanan di Arafah dan Muzdalifah

Jamaah apresiasi layanan di Arafah dan Muzdalifah

13 September 2016 00:00 WIB
Jamaah apresiasi layanan di Arafah dan Muzdalifah
Tim Satuan Operasi Arafah-Muzdalifah-Mina survei lokasi jelang puncak haji pada 11 September. (ANTARA/Gusti NC Aryani)
Muzdalifah (ANTARA News) - Jamaah Indonesia mengapresiasi layanan pemerintah pada puncak haji wukuf atau berhenti di Padang Arafah dan mabit atau bermalam di Muzdalifah.

"Nyaman, tidak panas dan cukup longgar," kata Abdullah (52), jamaah dari embarkasi Padang yang menempati wilayah maktab (pemondokan) 7 di Arafah, Senin WIB.

Ia dan beberapa rekannya tampak duduk-duduk bersantai di karpet yang tersedia di halaman tenda sambil menikmati kopi.

Sementara itu disudut lain sejumlah jamaah tampak membaca Al Quran.

Cuaca yang cukup bersahabat juga membuat jamaah tidak merasa wukuf di Arafah berat.

Berbeda dengan tahun lalu saat suhu wukuf di Arafah mencapai 50 derajad Celcius pada wukuf kali ini walaupun telah memasuki musim panas suhu hanya bergerak di kisaran 43-44 derajad Celcius.

Akibatnya jamaah terlihat lebih nyaman saat beribadah. Fasilitas "water fan" juga cukup membantu mengatasi panas.

Selain suhu udara yang cukup bersahabat, antrian kamar mandi yang kurang dari 10 orang pada jam sibuk juga diapresiasi oleh jamaah.

"Alhamdulillah antrian toilet ga panjang," kata Farida (38) dari embarkasi Jakarta Pondok Gede.

Setelah wukuf di Arafah hingga matahari terbenam, jamaah kemudian bergerak menuju ke Muzdalifah untuk menjalani prosesi mabit sembari mencari batu kerikil untuk melontar jumroh di Jamarat.

Untuk pertama kalinya tahun ini kawasan Muzdalifah dilengkapi dengan karpet sehingga jamaah dapat beristirahat menanti pergerakan ke Mina lewat tengah malam dengan lebih nyaman.

Di sektor satu maktab 10, jamaah haji dari Bombana, Kolaka, kompak merasa nyaman dengan fasilitas karpet itu. Mereka tidak perlu lagi kerepotan membawa alas untuk duduk seperti tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa jamaah bahkan dapat tidur dahulu seusai mengumpulkan kerikil.

"Alhamdulillah sekarang menjadi tidak kotor lagi," kata para jamaah.

Untuk tahun ini agar jamaah tidak bergerak terlalu jauh maka kerikil sengaja disebarkan di tempat-tempat yang banyak dikunjungi jamaah yaitu toilet dan tempat mengambil air wudhu.

Jamaah Indonesia akan menginap di Mina selama dua hingga tiga hari untuk melakukan lontar jumrah. Berbeda dengan tahun lalu, pada musim haji kali ini jamaah diimbau untuk mematuhi jadwal lontar jumrah guna menghindari peristiwa berdesak-desakan yang meminta korban jiwa hingga ratusan orang.

Selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina jamaah akan mendapatkan 15 kali makan dan satu makanan ringan.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016