Dalam sebuah studi yang dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah mengenai diabetes di Jerman, Kamis (15/10, mereka menemukan, pasien yang menikah berisiko 50 persen lebih kecil mengalami kegemukan dibandingkan mereka yang masih lajang.
Kemudian, laki-laki penderita diabetes yang sudah menikah juga berisiko lebih rendah mengalami sindrom metabolik. Sindrom ini biasanya berujung penyakit jantung dan stroke.
Temuan ini didapat setelah peneliti memeriksa catatan medis 270 pasien diabetes tipe dua dari tahun 2010 hingga 2016. Dari jumlah itu, sebanyak 180 orang sudah menikah dan tinggal bersama pasangannya-- 109 orang laki dan 71 orang perempuan. Sementara 91 sisanya masih lajang (46 laki-laki dan 44 perempuan).
Mereka yang sudah menikah tercatat memiliki indeks massa tubuh rata-rata yang lebih rendah (24,5) dibandingkan pasien diabetes yang masih lajang (26,5).
Begitu juga dengan angka gula darah mereka. Pasien yang tak lagi lajang memiliki kadar gula darah lebih rendah ketimbang mereka yang belum menikah.
Peneliti juga menemukan risiko terkena sindrom metabolik mereka yang telah menikah sekitar 54 persen, lebih rendah dari mereka yang masih sendiri yakni 68 persen.
Khusus bagi laki-laki yang menikah, risiko terkena sindrom metaboliknya 58 persen lebih rendah ketimbang para pria lajang. Sementara untuk perempuan, belum ada temuan yang bisa membuktikan hal ini. Demikian seperti dilansir Medical Daily.
Penerjemah: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016