Kekuatan angkatan udara India dipangkas menjadi 33 skuadron, padahal butuh 45 skuadron untuk menghadapi baik China yang mulai bersengketa di perbatasan India-China, maupun Pakistan.
Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian menandatangani kesepakatan itu dengan mitranya dari India, Manohar Parrikar, di New Delhi, mengakhiri pembahasan selama 18 bulan menyangkut syarat-syarat perjanjian antara New Delhi dan perusahaan dirgantara Prancis, Dassault Aviation.
Angkatan udara India sudah lama mengeluhkan adanya kesenjangan besar kekuatan tempur udara India dengan China dan Pakistan. Selama ini armada tempur India terdiri dari wahana tempur buatan Rusia dan lokal yang sudah menua.
India aslinya mengganjar Dassault dengan pesanan 126 jet tempur Rafale pada 2012 setelah jet tempur generasi keempat bermesin ganda itu memenangkan persaingan dari lawan-lawannya. Namun pembahasan itu seketika terhenti.
Modi yang bersumpah akan memoderniasi angkatan bersenjata India dengan anggaran belanja 150 miliar dolar AS, secara personal ikut campur dalam persetujuan pemesanan pesawat dalam jumlah lebih sedikit, 36 unit, sehingga menyemangati angkatan udara India.
Rafale-Rafale pertama yang siap terbang diperkirakan tiba di India sampai 2019 dan India akan memiliki 36 Rafale dalam kurun enam tahun, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016