Salah satu arkeolog yang terlibat dalam penggalian tersebut, Rita Istari, Sabtu, mengatakan, penggalian kembali dilakukan untuk mengungkap peninggalan budaya di Situs Ngurawan.
"Nama Ngurawan sangat terkenal, baik di masa dulu maupun saat ini. Karena itu, kami sangat ingin tahu tentang Situs Ngurawan tersebut. Mulai dari bentuknya bagaimana, luasnya berapa, dan semua budaya yang terkait dengan situs tersebut," kata Rita kepada wartawan.
Ia mengatakan timnya melakukan penggalian untuk mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta akhir tahun 2014 dan awal tahun 2016.
Penggalian dilakukan di halaman rumah milik Gatot Suhanto, tempat warga menemukan susunan batu bata berbentuk pondasi kuno yang diduga merupakan pondasi bangunan kerajaan.
Penggalian tersebut juga dilakukan untuk membuktikan catatan sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa di daerah Ngurawan dulu ada Kerajaan Gelang-Gelang yang dipimpin oleh Raja Sri Jayakatwang.
"Diduga, pondasi itu merupakan peninggalan bangunan Kerajaan Gelang-Gelang semasa Raja Sri Jayakatwang. Itu ada tercantum dalam sebuah prasasti," kata dia.
Di salah satu titik lokasi penggalian ada satu lubang besar sedalam tiga meter, yang di dasarnya ada susunan batu.
Menurut rencana, ekskavasi yang melibatkan lima arkeolog tersebut akan berlangsung selama beberapa hari.
Penelitian dan penggalian di Situs Ngurawan dilakukan setelah warga sekitar sering menemukan benda-benda kuno yang diduga merupakan peninggalan kerajaan pada masa lalu seperti umpak, yoni, tembikar kuno, ambang pintu, panil relief, dan "jobong sumuran".
Di wilayah tersebut juga terdapat arca Nandi (lembu), arca Dewi Parwati, Jaladuwara (saluran air), dan miniatur candi. Warga juga menemukan susunan batu bata berbentuk pondasi dan patung kuno.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016