"Ketiga negara sangat serius karena banyaknya kapal," kata Chief Executive of Maritime Port Authority (MPA) Singapore Andrew Tan dalam konferensi pers di Yogyakarta, Senin.
Menurut Andrew Tan, pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya seperti berbagi praktik keselamatan terbaik kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelayaran di Selat Malaka.
Untuk masa mendatang, ujar dia, penting pula guna meningkatkan keselamatan navigasi di alur pelayaran selat tersebut yang bermanfaat antara lain dalam rangka mengatasi perompakan serta kejadian bocornya minyak bumi.
Dia juga mengingatkan bahwa data statistik pada saat ini membuat jumlah insiden di Selat Malaka menjadi lebih aman serta tetap menjadi gerbang akses keluar masuk arus perdagangan yang juga akan menguntungkan negara-negara yang berada di sekitarnya.
Sebagaimana diwartakan, Indonesia menjadi tuan rumah dalam menggelar "Tripartite Technical Experts Group" (TTEG) ke-41 dan "Cooperation Forum" (CF) ke-9 yang merupakan konferensi terkait keselamatan alur pelayaran maritim di jalur Selat Malaka dan Singapura.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, kerja sama beberapa negara itu juga dinilai selaras dengan realisasi Presiden Joko Widodo yang memiliki visi Poros Maritim Dunia guna memperkuat identitas kebangsaan sebagai negara maritim.
"Selat Malaka salah satu jalur pelayaran strategis dan vital untuk menghubungkan alur pelayaran dengan berbagai negara di dunia," ujarnya.
Sedangkan para peserta yang diundang selain tiga negara anggota TTEG adalah terdapat sekitar 10 negara, termasuk perwakilan dari Australia, China, Denmark, India, Jepang dan Jerman.
Diperkirakan dalam setahun terdapat sekitar 70 ribu kapal yang berlayar di selat yang terkenal sempit tersebut. Karena jumlah itu hanya berdasarkan kapal yang terdeteksi "AIS" (Automatic Identification System), maka jumlahnya bisa lebih besar dari itu.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016