Seperti dikutip dalam siaran pers Kementerian Kominfo, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bersama dengan Direktur PT Pos Indonesia Gilarsi W Setijono menandatangani seri Prangko Satelit Indonesia 2016 pada perayaan Hari Bakti Postel ke-71 tersebut.
Prangko Seri Satelit Indonesia 2016 yang diterbitkan pemerintah tersebut dibagi dalam 6 (enam) seri prangko dengan gambar belakang bola dunia dan hamparan pulau-pulau di Indonesia. Objek desain tersebut adalah Satelit Lapan-A3, Lapan A-2, BRI Sat, Telkom-1, Telkom-2 dan Palapa-D.
Prangko Indonesia tersebut dicetak oleh Peruri yang di desain oleh Dodi Rahardian. Penerbitan prangko Indonesia terdaftar di Universal Postal Union (UPU) yang merupakan Badan Perhimpunan Pos Dunia yang membidangi pos dan berada langsung di bawah PBB.
Sementara itu, dalam sambutan pada Peringatan Hari Bakti Postel ke-71, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan perlunya kekuatan dari sisi aplikasi informatika selain kebutuhan jaringan pita lebar.
"Di sinilah terletak masa depan ekonomi kita. Aplikasi informatika akan memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat secara menyeluruh, menjadi penentu daya saing global, dan menjaga keberlanjutan ekonomi nasional. Saat ini kita fokuskan pengembangan aplikasi mobile pada e-dagang (e-commerce), e-government, dan tatakelola keamanan siber," katanya.
Pemerintah sendiri telah mencanangkan Visi 2020 untuk menjadikan Indonesia menjadi ekonomi digital terbesar se Asia Tenggara. Hal ini merupakan wujud pengembangan dan pemanfaatan aplikasi bagi ekonomi nasional.
Seusai mempimpin peringatan Hari Bakti Postel ke-71, Menteri Komunikasi dan Infomatika melakukan ramah tamah dengan para veteran Angkatan Muda Pos, Telegrap, dan Telepon (AMPTT).
Dalam kesempatan itu, Menkominfo menyampaikan rasa terima kasih atas perjuangan yang telah dilakukan para veteran AMPTT.
"Setiap tahun kita bertemu, saya tidak berhenti berterima kasih atas jasa bapak semua. Tanpa perjuangan bapak merebut merebut jawatan PTT dari tangan tentara Jepang, Indonesia tidak bisa seperti saat ini," katanya.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016