"Kami bisa minta lagi Bio Farma jika nanti ada kebutuhan banyak. Tapi sejauh ini belum," kata Nila usai menghadiri peringatan Hari Rabies Sedunia di Pontianak, Rabu.
Menurut dia, saat ini angka permintaan terhadap vaksin rabies masih rendah sehingga Bio Farma tidak lagi memproduksi vaksin rabies. Dengan begitu, vaksin rabies di Indonesia masih diimpor.
Kendati demikian, kata Menkes, terdapat kemungkinan kebutuhan vaksin rabies akan tinggi jika angka penderita rabies tidak dapat ditangani dengan baik dan meluas.
Di sisi lain, Nila tidak menginginkan peningkatan jumlah penderita rabies akibat gigitan hewan terinfeksi.
Untuk itu, Kemenkes bekerja sama lintas sektor guna menanggulangi rabies di sejumlah daerah seperti Kalbar dan Sulawesi Utara.
Dia mengatakan vaksinasi rabies untuk manusia merupakan tanggung jawab Kemenkes yang bekerja sama dengan pemerintah daerah. Sementara itu, vaksinasi rabies untuk hewan merupakan ranah Kementerian Pertanian.
"Kami berkoordinasi dengan Kementan untuk vaksinasi pada binatang," kata dia.
Rabies dikenal juga dengan penyakit anjing gila. Bibit penyakit rabies menginfeksi sistem saraf pusat pada otak yang disebabkan virus rabies.
Penyakit tersebut ditularkan melalui gigitan hewan yang terkena penyakit rabies.
Sebagian besar hewan uang menularkan rabies di Indonesia adalah anjing (mencapai 98 persen kasus) kemudian kucing dan kera (2 persen).
Virus rabies terdapat pada air liur hewan terinfeksi rabies dan biasanya ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya melalui gigitan, cakaran serta jilatan pada kulit terluka ataupun selaput lendir mata dan mulut.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016