• Beranda
  • Berita
  • Simulasi kebencanaan hendaknya masuk kurikulum sekolah

Simulasi kebencanaan hendaknya masuk kurikulum sekolah

29 September 2016 17:45 WIB
Simulasi kebencanaan hendaknya masuk kurikulum sekolah
Dokumentasi tim SAR dibantu warga mengevakuasi jenazah yang tertimbun tanah longsor di Kampung Tegalpanjang, Kecamatan Cireunghas, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (29/3/15). Sejak lama Indonesia dikenal sebagai negara rawan bencana, apakah yang diakibatkan alam atau karena campur tangan manusia. (ANTARA FOTO/Budiyanto)

Nanti bisa dipertimbangkan bagaimana bentuk pemberian materinya, yang penting poin akhirnya siswa tahu kiat menghadapi bencana dan benar-benar siap siaga

Padang (ANTARA News) - Ketua Komisi IV DPRD Kota Padang, Sumatera Barat, Surya Jufri, mengatakan, simulasi kebencanaan hendaknya masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah di daerah itu.

"Ini hendaknya jadi pertimbangan Dinas Pendidikan setempat. Kalau memang dirasa sudah mendesak, maka sudah saatnya Disdik menjadikan ini sebagai salah satu bahan ajar di sekolah," kata dia, di Padang, Kamis.

Jepang salah satu negara yang sangat rawan bencana alam, apakah itu gempa bumi, tsunami, hingga angin topan. Anak-anak di sana sejak dini sudah diperkenalkan cara penyelamatan diri dan lingkungan jika bencana terjadi. 

Menurut Jufri, dengan memasukkan pendidikan kebencanaan dalam bahan ajar di sekolah-sekolah setempat, maka materi-materi itu bisa hendaknya menjadi solusi bagi generasi muda menghadapi bencana yang terjadi di daerah itu.

"Dalam kurikulum pendidikan nasional itu ada muatan lokal. Di Padang kan sudah diterapkan seperti Budaya Alam Minangkabau (BAM), hal ini bisa diterapkan serupa untuk pendidikan kebencanaan," jelasnya.

Terkait hal itu, maka hendaknya juga dipersiapkan pengajarnya di sekolah-sekolah. Atau alternatif lain, katanya, pendidikan kebencanaan juga bisa dijadikan salah satu ekstrakurikuler dalam bentuk pelatihan.

"Nanti bisa dipertimbangkan bagaimana bentuk pemberian materinya, yang penting poin akhirnya siswa tahu kiat menghadapi bencana dan benar-benar siap siaga," tegasnya.

Namun sebelum benar-benar ditetapkan, katanya, dinas terkait perlu melakukan kajian sejauh mana pentingnya pendidikan kebencanaan tersebut untuk dijadikan muatan lokal atau ekstrakurikuler di sekolah.

Sementara pendiri sekaligus aktivis Komunitas Siaga Tsunami (Kogami) Kota Padang, Patra Dewi, menyampaikan pendidikan kebencanaan sangat dibutuhkan terutama bagi anak-anak usia sekolah.

Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016